Sertifikasi Dosen: Uangnya Mau Tapi Tidak Mau Mikir Sedikitpun

DOSEN cap apapun selalu melarang mahasiswanya bikin skripsi sekedar menjiplak punya mahasiswa lain. Tapi giliran sang dosen ingin memperoleh serdos (sertifikasi dosen), justru ikut-ikutan menjiplak (kopi paste) karya ilmiah dosen yang telah memperoleh sertifikasi sebelumnya. Dosen itu kan ahli pikir, tapi ketika mengejar serdos kok hanya mau uangnya tapi ogah mikir?

Pemerintah selalu berusaha meningkatkan kesejahteraan guru dan dosen. Maka sejak berlakunya UU Guru dan Dosen tahun 2005, dengan persyaratan tertentu guru dan dosen memperoleh tambahan penghasilan 3 bulan sekali lewat dana sertifikasi. Mereka yang telah memperoleh sertifikasi, akan mendapat tunjangan yang jumlahnya cukup lumayan. Saking lumayannya, di sana di sini kemudian ada laporan guru dan dosen ….kawin lagi.

Makin ke sini, persyaratan untuk memperoleh serdos semakin diperketat, sehingga tingkat kompetensi dan kualitas dosen sebagai pengajar semakin tinggi. Tapi di sisi lain juga dipermudah. Misalnya, untuk yang telah memiliki ijazah S2, sudah mengajar 2 tahun di perguruan tinggi sudah bisa mengikuti serdos. Dosen belum S2 boleh mengikuti serdos manakala usia sudah 60 tahun dan telah menjadi dosen selama 30 tahun. Jika tak ada kemudahan seperti ini, kasihan mereka otomatis akan jadi S3 alam arti: sampun sepuh sanget (sudah tua sekali).

Mestinya di tahun 2016 ini seluruh dosen sudah memperoleh serdos. Tapi target itu tak tercapai karena banyak dosen yang mengejar serdos seenaknya. Seperti dilansir Dirjen Sumber Daya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Pendidikan Tinggi, Ali Gufron Mukti, tahun ini terdapat 1.580 dosen yang tidak lulus sertifikasi dosen dari 4.512 yang mengikuti sertifikasi dosen gelombang pertama. Masalahnya, ketika membuat karya ilmiah mereka hanya copy paste tulisan lulusan sebelumnya.

Ini kan ironis. Sebagai dosen dia selalu melarang mahasiswanya bikin skripsi plagiat. Tapi giliran sang dosen ingin memperoleh dana sertifikasi, justru malah ikutan jadi plagiator. Dosen itu kan dikenal sebagai ahli pikir –banyak yang sampai botak– tapi kenapa dalam hal sertifikasi kok ogah mikir? Sedangkan duitnya mau. – gunarso ts