A. PENGELOMPOKAN
SISWA
Dalam pelaksanaan PKR
pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar
siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat
beberapa cara yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. (UNESCO: 1988)
1. Pengelompokan
siswa atas dasar rombongan belajar.
Dengan cara ini kelas I,
II, III, IV, V, dan VI masing-masing diberlakukan segabai suatu kesatuan.
Artinya bila PKR dilaksanakan di satu ruangan misalnya kelas III, IV, dan V
yang di dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok siswa sesuai kelasnya.
Pengelompokan ini lebih bersifat formal sesuai dengan status
administratif siswa. Dilihat dari administrasi sangat baik dalam
arti memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian dan pengaturan
tugas. Namun dilihat dari perlakuan proses pembelajaran cara itu tidak member
ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain
itu bias juga terjadi kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala
pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya satu orang sedang kelas lainnya
siswanya cukup banyak.
2. Pengelompokan
siswa berdasarkan kesamaan kemampuan (same ability group).
Dengan cara ini siswa
dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas dasar kemampuannya sesuai hasil
tes kemampuan atau catatan prestasi sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut
siswa dikelompokan ke dalam siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata,
dan dibawah rata-rata. Untuk melaksanakan pengelompokan tersebut bias
diberikan tes kemampuan umun (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD
atau setiap awal tahun. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan
kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas
atau “mastery learning”
3. Pengelompokan
siswa berdasarkan kemampuan campuran (mixed ability group).
Dengan cara ini
siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilan dalam
berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu proyek belajar (learning
project) misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu
tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Dalam suatu kelompok diperlukan
sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat dan minat agar proyek belajar
benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai
dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
4. Pengelompokan
siswa berdasarkan kesamaan usia (same age group).
Pengelompokan ini
bertolak dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa yang usianya sama memiliki
kemampuan dan kecepatan belajar yang kurang lebih sama. Cara ini nampaknya
dapat digunakan dalam pembentukan kelompok siswa dalam konteks penerapan cara
seperti pada butir pertama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan
belajar atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu
misalnya kelas I terdiri atas siswa berusia 6 - 7 tahun, kelas II berisi siswa
berusia 7 - 8 tahun dan seterusnya. Artinya suatu rombongan belajar
dapat dipecah ke dalam kelompok siswa berdasarkan persamaan usia.
5. Pengelompokan
siswa berdasarkan kompabilitas siswa.
Cara ini bertolak dari
kenyataan bahwa secara social siswa memiliki kelompok atas dasar pertemanan
yang saling menyukai karena sering berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan
atau duduk dikelas salalu bersama. Pengelompokan in iterbentuk secara alami. Secara
insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan pembelajaran
misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat tinggal di lingkungan rukun warga,
kampung, desa, atau kompleks perumahan.
6. Pengelompokan
siswa sesuai kebutuhan pembelajaran.
Cara ini digunakan untuk
mendukung pencapain tujuan dari pembelajaran suatu topic dengan model
pembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi atau bermain peran atau
permainan siswa yang dikelompokan sesuai dengan tugas atau peran yang harus
dilakukan pada saat itu. Demikian juga pada kegiatan ekskursi/karyawisata siswa
dapat dikelompokan sesuai dengan kebutuhan pada saat kegiatan itu. Misalnya ada
yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancara dan mencatat, mengambil foto
dan lain-lain.
Dalam kondisi pendidikan
dasar di Indonesia saat ini yang secara formal terdapat pengorganisasian siswa
atas rombongan belajar atau kelas. Cara pertama pengelompokan atas dasar kelas
merupakan pengelompokan yang bersifat tetap secara administrative. Sedang cara
kedua sampai dengan cara keenam dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan
kebutuhan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan PKR semua cara itu sangat
terbuka dan memungkinkan untuk digunakan. Dengan demikian suasana kelas PKR
akan lebih dinamis.
B. Penataan
Ruangan dan Pengelolaan Kelas
Penerapan PKR dalam satu
ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks daripada PKR dalam dua
atau tiga ruangan. Dilihat dari sudut fasilitas ruangan, terdapat tiga situasi
yakni PKR dalam satu ruangan. Selanjutnya dapat diamati contoh PKR 221, PKR
222, dan PKR 333. Dalam contoh tersebut dapat dilihat bagaimana penataan
ruangan dikaitkan dengan pengelolaan interaksi pembelajaran yang sengaja
dirancang. Khusus mengenal PKR dalam satu ruangan berbagai kemungkinan penataan
ruangan dan penempatan siswa dapat dikembangkan dalam berbagai alternatif
selain tiga model pokok tersebut.
Untuk mewadahi
pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan PKR sebagaimana telah dibahas,
dikembangkan contoh ruangan tiga dengan model interaksi dan penataan sebagai
berikut:
ü PKR
221 : dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan
ü PKR
222 : dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan
ü PKR
333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan
PKR 221
Dalam model PKR 221, guru
menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk
mengajar mata pelajaran IPA dengan topik Sumber Daya Alam di kelas V, dan
mata pelajaran IPS dengan topik Sumber Kekayaan Alam di kelas VI, kedua
topik memiliki saling keterkaitan. Proses pembeljaran berlangsung dalam satu
ruangan.
Dalam menerapkan model ini ikuti
petunjuk sebagai berikut:
a. Pada
kegiatan pendahuluan + 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan
dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua.
Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas V dan VI, ikuti
dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama
pertemuan itu + 80 menit.
b. Pada
kegiatan inti + 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai
untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan
pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan. Gunakan keterampilan dasar
mengajar yang sesuai.
c. Pada
kegiatan penutup + 10 menit terakhir berdirilah didepan kelas menghadapi
kedua kelas untuk mengadakan review atau materi dan kegiatan yang baru berlaku.
Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan
tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan
berikutnya atau mungkin juga untuk hari berikutnya.
PKR 222
Dalam Model PKR 222, guru
menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan VI, untuk mengajar mata
pelajaran Matematika topik Bangun Ruang di kelas V dan mata pelajaran IPA topik
Tumbuhan Hijau di kelas VI. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan.
Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang terhubungan
dengan pintu.
Dalam menerapkan model ikuti petunjuk
:
a. Pada
kegiatan pendahuluan + 10 menit pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu
ruangan yang tempat duduknya mencukupi.
b. Pada
kegiatan inti + 60 menit berikutnya tetapkan aneka metode yang sesuai dengan
kondisi kelas masing-masing, jangan sampai murid ribut dengan kegiatan
masing-masing. Pada kegiatan penutup + 10 menit terakhir beridir di pintu
penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan teviu umum mengenai materi
dan kegiatan belajar yang baru berlaku.
c. Sebagai
catatan, untuk model PKR 222 ini sedpat mungkin denah ruangan diatur agar
pandangan murid mengarah kedepan pintu penghubung
Pengelolaan PKR 22 lebih
rumit dari pada PKR 221. Dapat dipahami dengan berkumpul dengan satu ruangan
seperti 221 perhatian guru tanpa penghalang. Model PKR 221 sangat cocok untuk
dua materi yang saling berkaitan. Sedangkan Model PKR 222 sanagt cocok untuk
materi pelajaran yang tidak berkaitan dan memerlukan perhatian khusus dari
masing-masing kelas.
PKR 333
Dalam Model PKR 333, guru
menghadapi tiga kelas, dalam hal ini kelas IV, V, VI, untuk mengajar tiga mata
pelajaran yang berbeda. Ketiga topik satu sama lain tidak ada kaitannya secara
langsung. Proses pembelajaran berlangsung dalam tiga ruangan berjejer satu sama
lain terhubungkan dengan pintu penghubung.
Dalam menerapkan model ini
guru perlu mengikuti petunjuk sebagai berikut.
a.
Pada kegiatan pendahuluan +
10 menit pertama kumpulkan murid kelas IV, V, VI disalah satu ruangan yang
tempat duduknya mencukupi
b.
Pada kegiatan inti + 60
menit terapkan aneka metode belajar dengan memanfaatkan aneka sumber belajar
yang tersedia. Penggunaan Lembar Kerja Murid (LKM) atua Lembar Tugas Murid
(LTM) sangat dianjurkan agar kegiatan belajar murid lebih bersifat mandiri.
c.
Pada kegiatan penutup + 10
menit terakhir adalah reviu untuk dua kelas dengan menempatkan guru dipintu
penghubung ruang satu dengan ruangan dua atau ruangan dua dnegan ruangan tiga.
d.
Sebagai catatan, memang
model PKR 333 ini termasuk yang lebih rumit dalam pengelolaannya. Guru dituntut
untuk memiliki mobilitas (daya gerak) pedagogis yang tinggi.
C.
Pemanfaatan Sumber Belajar
Sesuai dengan prinsip
khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber belajar
secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan
memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Yang termasuk ke dalam
lingkungan belajar adalah segala hal yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah
yang memberi suasana dan dapat digunakan untuk terjadinya proses belajar.
Lingkungan belajar ini sekurang-kurangnya mencakup dua kelompok yaitu:
1. Prasarana
dan sarana belajar seperti ruangan, tempat duduk (meja-kursi atau bangku) dan
papan tulis.
2. Sumber
belajar yang mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar,
masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi
kepada siswa dalam belajar.
Bila dirinci, sumber belajar meliputi
hal-hal sebagai berikut:
1. Lingkungan
sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain. Orang tua, dan anggota
masyarakat.
2. Lingkungan
hidup seperti flora dan fauna.
3. Lingkungan
alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
4. Lingkungan
budaya seperti peralatan, pranata sosial, pengetahuan, dan teknologi.
5. Lingkungan
riligius seperti kitab suci dan acara keagamaan.
Kelima unsur lingkungan
tersebut berpotensi memberi simulus atau rangsangan belajar kepada siswa. Dalam
pelaksanaan PKKR berbagai jenis sumber belajar seyogyanya dimanfaatkan secara
optimal untuk memicu, mamacu, dan meningkatkan proses belajar. Untuk itu
berbagai metode dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi
kemudahan siswa sehingga mereka tahu, mau, mampu, dan terbiasa belajar dari manusia
lain, bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar,
alam alam sekitar, masyarakat, kebudayaan.
Dari lingkungan hidup
flora dan fauna siswa dapat memperoleh informasi faktual melalui pengamatan
(melihat, mendengar, membau, meraba, dan merasa), analisis dan penyimpulan
hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan budaya
siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui
partisipasi, peniruan, pembelajaran, pelatihan, adaptasi, pengamatan, dan
penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan religius
siswa dapat memperoleh keyakinan, keimanan, dan ketaqwaan, sikap, pengetahuan,
norma, nilai, moral, semangat melalui partisipasi, pembelajaran, adaptasi,
perenungan, pengajian, cobaan, pengamatan alam semesta dan pelaksanaan ritual
atau ibadah.
Dalam pelaksanaan PPKR
berbagai jenis sumber belajar seyogyanya dimanfaatkan secara optimal untuk
memicu, memacu, memelihara dan meningkatkan proses belajar. Untuk itu berbagai
metode, dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi kemudahan siswa
sehingga mereka tahu, mau, mampu, dan terbiasa belajar dari manusia lain
, bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam
sekitar, masyarakat dan kebudayaan.
Berbagai teknik yang
dapat digunakan dalam memanfaatkan aneka ragam sumber belajar antara lain
adalah sebagai berikut (Goldon : 1992, McGrath dan Noble : 1993, Miller :1989).
1. Membaca
dan memahami isi bacaan
2. Bertanya
dan mencatat jawaban
3. Mengamati
dan mencatat pengamatan
4. Mengadakan
percobaan dan mencatat proses dan hasilnya.
5. Berlatih
keterampilan
6. Bersimilasi
peran
7. Berpatisipasi
dalam kegiatan
8. Bekerja
dalam kelompok
9. Berdarmawisata
ke tempat bersejarah, kebun binatang, pabrik dll.
10. Mendengarkan
kaset audio/siaran radio
11. Menonton
vidio/film/televisi
12. Mengadakan
upacara kenegaraan
13. Mengikuti
ceramah tamu
14. Mengarang
pengalaman selama libur
15. Menggambar
16. Mengisi
lembaran kerja
17. Membuat
keliping.
Yang perlu diperhatikan
adalah bahwa pemanfaatan sumber belajar itu bukanlah dimaksudkan sekedar untuk
membuat siswa sibuk, tetapi harus dirancang dan ditata sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ingin dicapai baik yang merupakan amanat yang perlu dipenuhi
maupun melalui keterlibatan dalam kegiatan tertentu. Perlu pula digarisbawahi
terutama bagi yang bertugas di SD daerah terpencil tidak boleh pasrah pada
keadaan yang serba terbatas. Perlu ditanamkan dalam diri masing-masing bahwa
sumber belajar itu sesungguhnya telah tersedia di alam semesta.