Kamis, 27 Oktober 2016

Pengorganisasian dan Pengelolaan dalam Pembelajaran Kelas Rangkap

A.    PENGELOMPOKAN SISWA
Dalam pelaksanaan PKR pengelompokkan siswa merupakan suatu keharusan guna menjamin proses belajar siswa agar tetap efektif. Mengenai pengelompokkan belajar siswa ini terdapat beberapa cara yang dipilih sesuai dengan kebutuhan. (UNESCO: 1988)
1.      Pengelompokan siswa atas dasar rombongan belajar.
Dengan cara ini kelas I, II, III, IV, V, dan VI masing-masing diberlakukan segabai suatu kesatuan. Artinya bila PKR dilaksanakan di satu ruangan misalnya kelas III, IV, dan V yang di dalam ruangan itu terdapat tiga kelompok siswa sesuai kelasnya. Pengelompokan ini lebih bersifat formal sesuai dengan status administratif  siswa. Dilihat dari administrasi sangat baik dalam arti memudahkan guru dalam pencatatan kehadiran, penilaian dan pengaturan tugas. Namun dilihat dari perlakuan proses pembelajaran cara itu tidak member ruang bagi pemanfaatan kemampuan siswa secara silang atau lintas kelas. Selain itu bias juga terjadi kesukaran membangun kebersamaan dalam belajar manakala pada suatu ketika ada kelas yang siswanya hanya satu orang sedang kelas lainnya siswanya cukup banyak.
2.      Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan kemampuan (same ability group).
Dengan cara ini siswa dikelompokan bukan atas dasar kelas tetapi atas dasar kemampuannya sesuai hasil tes kemampuan atau catatan prestasi sebelumnya. Berdasarkan hasil tersebut siswa dikelompokan ke dalam siswa kelompok diatas rata-rata, rata-rata, dan dibawah rata-rata. Untuk melaksanakan pengelompokan tersebut bias diberikan tes kemampuan umun (TKU) atau yang sejenisnya sejak siswa memasuki SD atau setiap awal tahun. Bahan belajar yang diberikan bukan dikemas berdasarkan kelas tetapi atas dasar kemampuan itu sesuai dengan prinsip belajar tuntas atau “mastery learning”
3.      Pengelompokan siswa berdasarkan kemampuan campuran (mixed ability group).
Dengan cara ini siswa dikelompokan atas dasar bakat dan keterampilan dalam berbagai bidang yang diperlukan untuk menangani suatu proyek belajar (learning project) misalnya “pembuatan peta”, “memasak suatu jenis makanan dengan menu tertentu”, dan melakukan suatu percobaan. Dalam suatu kelompok diperlukan sejumlah siswa dengan berbagai kemampuan, bakat dan minat agar proyek belajar benar-benar dapat ditangani secara bersama-sama dengan pembatasan tugas sesuai dengan kemampuan, bakat dan minatnya.
4.      Pengelompokan siswa berdasarkan kesamaan usia (same age group).
Pengelompokan ini bertolak dari anggapan dasar bahwa kelompok siswa yang usianya sama memiliki kemampuan dan kecepatan belajar yang kurang lebih sama. Cara ini nampaknya dapat digunakan dalam pembentukan kelompok siswa dalam konteks penerapan cara seperti pada butir pertama. Seperti diketahui bahwa siswa dalam suatu rombongan belajar atau kelas di SD terdiri atas siswa dalam kelompok usia tertentu misalnya kelas I terdiri atas siswa berusia 6 - 7 tahun, kelas II berisi siswa berusia 7 - 8 tahun dan seterusnya. Artinya suatu rombongan belajar dapat dipecah ke dalam kelompok siswa berdasarkan persamaan usia.
5.      Pengelompokan siswa berdasarkan kompabilitas siswa.
Cara ini bertolak dari kenyataan bahwa secara social siswa memiliki kelompok atas dasar pertemanan yang saling menyukai karena sering berangkat bersama, tempat tinggal berdekatan atau duduk dikelas salalu bersama. Pengelompokan in iterbentuk secara alami. Secara insidental pengelompokan ini dapat digunakan sesuai kebutuhan pembelajaran misalnya dalam tugas pembuatan denah tempat tinggal di lingkungan rukun warga, kampung, desa, atau kompleks perumahan.
6.      Pengelompokan siswa sesuai kebutuhan pembelajaran.
Cara ini digunakan untuk mendukung pencapain tujuan dari pembelajaran suatu topic dengan model pembelajaran tertentu. Misalnya dalam simulasi atau bermain peran atau permainan siswa yang dikelompokan sesuai dengan tugas atau peran yang harus dilakukan pada saat itu. Demikian juga pada kegiatan ekskursi/karyawisata siswa dapat dikelompokan sesuai dengan kebutuhan pada saat kegiatan itu. Misalnya ada yang bertugas mengamati dan mencatat, mewawancara dan mencatat, mengambil foto dan lain-lain.

Dalam kondisi pendidikan dasar di Indonesia saat ini yang secara formal terdapat pengorganisasian siswa atas rombongan belajar atau kelas. Cara pertama pengelompokan atas dasar kelas merupakan pengelompokan yang bersifat tetap secara administrative. Sedang cara kedua sampai dengan cara keenam dapat digunakan secara bergantian sesuai dengan kebutuhan dalam proses pembelajaran. Dalam penerapan PKR semua cara itu sangat terbuka dan memungkinkan untuk digunakan. Dengan demikian suasana kelas PKR akan lebih dinamis.

B.     Penataan Ruangan dan Pengelolaan Kelas
Penerapan PKR dalam satu ruangan memerlukan penataan ruangan yang lebih kompleks daripada PKR dalam dua atau tiga ruangan. Dilihat dari sudut fasilitas ruangan, terdapat tiga situasi yakni PKR dalam satu ruangan. Selanjutnya dapat diamati contoh PKR 221, PKR 222, dan PKR 333. Dalam contoh tersebut dapat dilihat bagaimana penataan ruangan dikaitkan dengan pengelolaan interaksi pembelajaran yang sengaja dirancang. Khusus mengenal PKR dalam satu ruangan berbagai kemungkinan penataan ruangan dan penempatan siswa dapat dikembangkan dalam berbagai alternatif selain tiga model pokok tersebut.
Untuk mewadahi pelaksanaan prinsip-prinsip pengelolaan PKR sebagaimana telah dibahas, dikembangkan contoh ruangan tiga dengan model interaksi dan penataan sebagai berikut:
ü  PKR 221 : dua kelas, dua mata pelajaran, satu ruangan
ü  PKR 222 : dua kelas, dua mata pelajaran, dua ruangan
ü  PKR 333 : tiga kelas, tiga mata pelajaran, tiga ruangan

PKR 221
Dalam model PKR 221, guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan kelas VI, untuk mengajar mata pelajaran IPA dengan topik Sumber Daya Alam di kelas V, dan mata pelajaran IPS dengan topik Sumber Kekayaan Alam di kelas VI, kedua topik memiliki saling keterkaitan. Proses pembeljaran berlangsung dalam satu ruangan.
Dalam menerapkan model ini ikuti petunjuk sebagai berikut:
a.       Pada kegiatan pendahuluan + 10 menit pertama berikan pengantar dan pengarahan dalam satu ruangan. Gunakan dua papan tulis atau satu papan tulis dibagi dua. Tuliskan topik dan hasil belajar yang diharapkan dari kelas V dan VI, ikuti dengan langkah-langkah untuk masing-masing kelas yang akan ditempuh selama pertemuan itu + 80 menit.
b.      Pada kegiatan inti + 60 menit berikutnya terapkan aneka metode yang sesuai untuk masing-masing kelas. Selama kegiatan belajar berlangsung adakan pemantapan, bimbingan, balikan sesuai keperluan. Gunakan keterampilan dasar mengajar yang sesuai.
c.       Pada kegiatan penutup + 10 menit terakhir berdirilah didepan kelas menghadapi kedua kelas untuk mengadakan review atau materi dan kegiatan yang baru berlaku. Berikan komentar dan penguatan sesuai keperluan. Setelah itu berikan tindak lanjut berupa tugas atau apa saja sebagai bahan untuk pertemuan berikutnya atau mungkin juga untuk hari berikutnya.

PKR  222

Dalam Model PKR 222, guru menghadapi dua kelas, dalam hal ini kelas V dan VI, untuk mengajar mata pelajaran Matematika topik Bangun Ruang di kelas V dan mata pelajaran IPA topik Tumbuhan Hijau di kelas VI. Kedua topik tidak memiliki saling keterkaitan. Proses pembelajaran berlangsung dalam dua ruangan berdekatan yang terhubungan dengan pintu.
Dalam menerapkan model ikuti petunjuk :
a.       Pada kegiatan pendahuluan + 10 menit pertama satukan murid kelas V dan VI dalam satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi.
b.      Pada kegiatan inti + 60 menit berikutnya tetapkan aneka metode yang sesuai dengan kondisi kelas masing-masing, jangan sampai murid ribut dengan kegiatan masing-masing. Pada kegiatan penutup + 10 menit terakhir beridir di pintu penghubung menghadapi kedua kelas untuk mengadakan teviu umum mengenai materi dan kegiatan belajar yang baru berlaku.
c.       Sebagai catatan, untuk model PKR 222 ini sedpat mungkin denah ruangan diatur agar pandangan murid mengarah kedepan pintu penghubung
Pengelolaan PKR 22 lebih rumit dari pada PKR 221. Dapat dipahami dengan berkumpul dengan satu ruangan seperti 221 perhatian guru tanpa penghalang. Model PKR 221 sangat cocok untuk dua materi yang saling berkaitan. Sedangkan Model PKR 222 sanagt cocok untuk materi pelajaran yang tidak berkaitan dan memerlukan perhatian khusus dari masing-masing kelas.
PKR 333
Dalam Model PKR 333, guru menghadapi tiga kelas, dalam hal ini kelas IV, V, VI, untuk mengajar tiga mata pelajaran yang berbeda. Ketiga topik satu sama lain tidak ada kaitannya secara langsung. Proses pembelajaran berlangsung dalam tiga ruangan berjejer satu sama lain terhubungkan dengan pintu penghubung.
Dalam menerapkan model ini guru perlu mengikuti petunjuk sebagai berikut.
a.       Pada kegiatan pendahuluan + 10 menit pertama kumpulkan murid kelas IV, V, VI disalah satu ruangan yang tempat duduknya mencukupi
b.      Pada kegiatan inti + 60 menit terapkan aneka metode belajar dengan memanfaatkan aneka sumber belajar yang tersedia. Penggunaan Lembar Kerja Murid (LKM) atua Lembar Tugas Murid (LTM) sangat dianjurkan agar kegiatan belajar murid lebih bersifat mandiri.
c.       Pada kegiatan penutup + 10 menit terakhir adalah reviu untuk dua kelas dengan menempatkan guru dipintu penghubung ruang satu dengan ruangan dua atau ruangan dua dnegan ruangan tiga.
d.      Sebagai catatan, memang model PKR 333 ini termasuk yang lebih rumit dalam pengelolaannya. Guru dituntut untuk memiliki mobilitas (daya gerak) pedagogis yang tinggi.


C.    Pemanfaatan Sumber Belajar
Sesuai dengan prinsip khusus PKR yang antara lain menekankan pada perlunya pemanfaatan sumber belajar secara optimal, maka sudah seharusnya disadari perlunya memahami, dan memanfaatkan lingkungan belajar secara optimal. Yang termasuk ke dalam lingkungan belajar adalah segala hal yang ada di sekolah dan lingkungan sekolah yang memberi suasana dan dapat digunakan untuk terjadinya proses belajar. Lingkungan belajar ini sekurang-kurangnya mencakup dua kelompok yaitu:
1.      Prasarana dan sarana belajar seperti ruangan, tempat duduk (meja-kursi atau bangku) dan papan tulis.
2.      Sumber belajar yang mencakup segala sesuatu seperti manusia, benda, alam sekitar, masyarakat, kepustakaan, dan hasil kebudayaan yang berpotensi memberi informasi kepada siswa dalam belajar.
Bila dirinci, sumber belajar meliputi hal-hal sebagai berikut:
1.      Lingkungan sosial atau manusia antara lain guru, siswa lain. Orang tua, dan anggota masyarakat.
2.      Lingkungan hidup seperti flora dan fauna.
3.      Lingkungan alam seperti tanah, air, udara, awan, hujan.
4.      Lingkungan budaya seperti peralatan, pranata sosial, pengetahuan, dan teknologi.
5.      Lingkungan riligius seperti kitab suci dan acara keagamaan.
Kelima unsur lingkungan tersebut berpotensi memberi simulus atau rangsangan belajar kepada siswa. Dalam pelaksanaan PKKR berbagai jenis sumber belajar seyogyanya dimanfaatkan secara optimal untuk memicu, mamacu, dan meningkatkan proses belajar. Untuk itu berbagai metode dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi kemudahan siswa sehingga mereka tahu, mau, mampu, dan terbiasa belajar dari manusia lain, bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam alam sekitar, masyarakat, kebudayaan.
Dari lingkungan hidup flora dan fauna siswa dapat memperoleh informasi faktual melalui pengamatan (melihat, mendengar, membau, meraba, dan merasa), analisis dan penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan budaya siswa dapat memperoleh pengetahuan, sikap, dan keterampilan melalui partisipasi, peniruan, pembelajaran, pelatihan, adaptasi, pengamatan, dan penyimpulan hasil pengamatan dan analisis.
Dari lingkungan religius siswa dapat memperoleh keyakinan, keimanan, dan ketaqwaan, sikap, pengetahuan, norma, nilai, moral, semangat melalui partisipasi, pembelajaran, adaptasi, perenungan, pengajian, cobaan, pengamatan alam semesta dan pelaksanaan ritual atau ibadah.
Dalam pelaksanaan PPKR berbagai jenis sumber belajar seyogyanya dimanfaatkan secara optimal untuk memicu, memacu, memelihara dan meningkatkan proses belajar. Untuk itu berbagai metode, dan teknik perlu digunakan untuk mendorong dan memberi kemudahan siswa sehingga mereka tahu, mau, mampu, dan terbiasa belajar dari manusia lain , bahan belajar tertulis, bahan belajar terekam, bahan belajar tersiar, alam sekitar, masyarakat dan kebudayaan.
Berbagai teknik yang dapat digunakan dalam memanfaatkan aneka ragam sumber belajar antara lain adalah sebagai berikut (Goldon : 1992, McGrath dan Noble : 1993, Miller :1989).
1.      Membaca dan memahami isi bacaan
2.      Bertanya dan mencatat jawaban
3.      Mengamati dan mencatat pengamatan
4.      Mengadakan percobaan dan mencatat proses dan hasilnya.
5.      Berlatih keterampilan
6.      Bersimilasi peran
7.      Berpatisipasi dalam kegiatan
8.      Bekerja dalam kelompok
9.      Berdarmawisata ke tempat bersejarah, kebun binatang, pabrik dll.
10.  Mendengarkan kaset audio/siaran radio
11.  Menonton vidio/film/televisi
12.  Mengadakan upacara kenegaraan
13.  Mengikuti ceramah tamu
14.  Mengarang pengalaman selama libur
15.  Menggambar
16.  Mengisi lembaran kerja
17.  Membuat keliping.
Yang perlu diperhatikan adalah bahwa pemanfaatan sumber belajar itu bukanlah dimaksudkan sekedar untuk membuat siswa sibuk, tetapi harus dirancang dan ditata sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai baik yang merupakan amanat yang perlu dipenuhi maupun melalui keterlibatan dalam kegiatan tertentu. Perlu pula digarisbawahi terutama bagi yang bertugas di SD daerah terpencil tidak boleh pasrah pada keadaan yang serba terbatas. Perlu ditanamkan dalam diri masing-masing bahwa sumber belajar itu sesungguhnya telah tersedia di alam semesta.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar