MAKALAH
PERSIAPAN
BERBICARA
Disusun untuk
Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Drs.
Suwandi M.Pd
Disusun oleh :
Diva Aprilianingtyas (1401415162)
Arien Herawati (1401415396)
Noviana Indriyani (1401415457)
Rombel 2D
PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikm
Wr. Wb.
Alhamdulillah dengan memanjatkan
puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah
memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Persiapan Berbicara”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan
kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang berkaitan
dengan persiapan berbicara. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga
untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga besar
harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi
pengembang wawasan pembaca.
Akhirnya kami menyadari dalam
penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala
kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah
selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak
pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum
Wr. Wb.
Tegal,
11 April 2016
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
................................................................................
i
Daftar Isi
.......................................................................................... ii
BAB I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang Masalah ................................................ 1
1.2 Rumusan
Masalah........................................................... 1
1.3 Tujuan
Penulisan............................................................. 1
BAB
II. ISI
2.1 Konsep
Tentang Berbicara........................................... 2
2.2 Menganalisis
Situasi dan Pendengar............................ 5
2.3 Penyusunan
Bahan Berbicara....................................... 7
BAB
III. PENUTUP
3.1 Simpulan......................................................................... 9
3.2 Saran............................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu
kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk
berbagai keperluan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang akan lakukan dalam
perkuliahan ini berbentuk simulasi, praktek berbicara yang sesungguhnya, dan
pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan secara
perorangan, berpasangan, dan berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan
kontekstual. Artinya, setiap materi yang diberikan selalu dikaitkan dengan
usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis) dan
pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini
bersifat fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan
pengajaran yang betul-betul bermakna bagi kita
sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti bercerita, berdialog,
berpidato/berceramah, dan berdiskusi.
1.2 Rumusan Masalah
- Apa konsep tentang berbicara
- Bagaimana menganalisis situasi dan pendengar
- Bagaimana menyusun bahan dalam berbicara
1.3 Tujuan Penulisan
- Untuk mengetahui apa konsep tentang berbicara
- Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan
pendengar
- Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan dalam
berbicara
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Tentang Berbicara
1. Pengertian Berbicara
Berbicara adalah bentuk
komunikasi dengan menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses
penuangan gagasan dalam bentuk ujaran- ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul
merupakan perwujudan dari gagasan, pikiran, perasaan menjadi wujud ujaran.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara
berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu
• berbicara merupakan ekspresi diri
• berbicara merupakan kemampuan mental motorik
• berbicara merupakan proses simbolik
• berbicara terjadi dalam konteks ruang dan waktu
• berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif
Berbicara secara umum dapat diartikan
suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain
dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh
orang lain. (Depdikbud, 19843/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak
dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya, mengemukakan
berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata
untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu
proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu
sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan pemindahan pesan
dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan
pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator
adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada
komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbel yang dipahami oleh kedua belah
pihak. Simbel tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada
komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa
simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkan adalah
udara. Selanjutnya simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan.
Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, komunikan dapat
memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan
umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah
komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan
demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara
komunikator dengan komunikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat
disimpulkan bahwa peristiwa komunikasi dapat berlangsung apabila dipenuh
sejumlah persyaratan berikut:
(1) Komunikator à
orang yang menyampaikan pesan
(2) Pesan à isi
pembicaraan
(3) komunikan à
orang yang menerima pesan
(4) Media à
bahasa lisan
(5)
Sarana à
waktu, tempat, suasana, peralatan yang digunakan
dalam penyampaian pesan.
(6) interaksi à
searah, dua arah, atau multiarah.
Berbicara sebagai salah satu bentuk
komunikasi akan mudah dipahami dengan cara membandingkan diagram komunikasi
dengan diagram peristiwa berbahasa. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia
yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan
linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat
ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti
kepala, tangan, dan roman mukapun dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor
psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara.
Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang
dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan
pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis yaitu jaringan
syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh
lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang
berhubungan dengan makan, dan faktor liguistik yang berkaitan dengan struktur
bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh
alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan
manusia sebagai makhluk sosial (homo
homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan
Kenner Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang
efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam
setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara
yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan, swasta, juga
pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara
agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program
pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat
meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demikian halnya pendidik, mereka
dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi
dengan baik kepada anak didiknya.
Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan,yaitu :
a. Membutuhkan paling sedikit dua orang
b. Mempergunakan studi linguistik yang dipahami
bersama
c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar.
Berhubungan dengan masa kini
2. Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk
menginformasikan gagasan- gagasan kepada pendengar yang harus ditempatkan
sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang lain. Menurut Mulyana
pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu :
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek
pembicaraan, yaitu :
1. berbicara dengan meyakinkan pendengar
2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar
4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek
2.2 Menganalisis Situasi dan
Pendengar
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang
berbeda yang dilakukan berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku,
dan alur pembicaraan Berdasarkan situasi berbicara dapat dikelompokan kedalam
dua jenis yaitu :
a. Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan
aturan baik aturan tata krama maupun kebahasaan.
b. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat
pada aturan-aturan
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan
kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara individual yaitu berbicara yang dilakukan oleh
seorang pelaku pembicara misalnya pidato.
b.Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak
pelaku pembicara misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan
kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan
searah
b.Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan
secara dua arah
Berbicara sebagai proses adalah kegiatan
berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara
untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media. Secara umum berbicara merupakan proses penuangan
gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan
perwujudan dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide.
Berbicara
sebagai keterampilan berbahasa berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang
lain. Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak apabila didahului oleh
keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara memanfaatkan kosakata yang pada
umumnya diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Materi
pembicaraan banyak yang diangkat dari hasil menyimak dan berbicara. Demikian
pula sering terjadi keterampilan berbicara dibantu dengan keterampilan menulis,
baik dalam bentuk pembuatan out line
maupun naskah.
Sebagai salah satu unsur kemampuan
berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini
dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam
praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di
depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain
diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di
sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan
sebab di samping siswa itu harus mempersiapkan bahan sering kali guru
melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa
kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mereka mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat
dalam kegiatan pengajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakikatnya
berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbahasa yang lain, seperti
menyimak, membaca, dan menulis, serta berkaitan dengan pokok-pokok
pembicaraaan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai aspek
komuniksi dua arah dan fungsional.
Pendengar selain berkewajiban menyimak ia
berhak untuk memberikan umpan balik. Sementara itu, pokok persoalan yang
menjadi bahan pembicaraan harus dipilih hal-hal yang benar-benar diperlukan
oleh partisipan. Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar
aktivitas kelas dinamis, hidup, dan diminati oleh anak sehingga benar-benar
dapt dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri terjun ke
masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam pengajaran berbicara harus
diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.
Pembicara yang baik memberikan kesan
kepada pendengar bahwa orang itu menguasai masalah, memiliki keberanian dan
kegairahan. Penguasaan masalah akan terlibat pada kedalaman isi dan keruntutan
penyajian. Sementara itu, keberanian dan kegairahan akan terlihat pada
penampilan, kualitas suara, dan humor yang ditampilkan. Pembicara yang baik
perlu didukung oleh pendengar yang baik, yaitu pendengar yang memiliki sifat
kritis, dan responsif. Pendengar yang demikian itu pada umumnya bersedia
memahami dan menanggapi pokok pembicaran secara kritis. Dengan demikian, akan
terjadi interaksi timbal balik antara pembicara dengan pendengar sehingga
tercipta pembicaran yang hidup.
2.3 Penyusunan
Bahan Berbicara
Topik pembicaraan dinilai baik apabila
menarik bagi pembicara dan pendengar, misalnya aktual dan relevan dengan
kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan itu mudah dipahami perlu disusun
naskah secara sistematis, misalnya sesuai dengan urutan waktu, tempat dan sebab
akibat.
Kegiatan berbicara acap kali ditopang
dengan persiapan tertulis, baik berupa referensi yang harus dibaca maupun
konsep yang akan disampaikan. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan
dalam bentuk tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau out line. Para penyimak ada kalanya juga memerlukan kegiatan
tulis-menulis, terutama untuk membuat catatan atau ringkasan dari apa yang
didengarnya. Dengan demikian, keterpaduan keempat keterampilan berbahasa dalam
pengajaran berbicara harus diwujudkan secara alami seperti halnya yang terjdi
di tengah masyarakat.
Mempersiapkan materi untuk bahan bicara di depan
orang banyak, idealnya memang dilakukan selama beberapa hari. Paling tidak ada
kesempatan untuk mempersiapkan bahan, kemudian melatih cara bicara, dan
mempersiapkan mental.
Tapi, kadang kesempatan untuk tampil tidak
diiringi waktu persiapan yang memadai. Ketika tiba saatnya kita bicara di depan
orang banyak, apalagi dengan bahasa asing, kalau waktu persiapan hanya sesaat
jangan langsung bilang ‘tidak. Janie Lipsmeyer, salah satu penulis di situs
bisnis, Helium.com mengungkapkan, di saat mendesak mempersiapkan satu naskah
bicara di depan orang banyak sebenanya bisa dilakukan dalam waktu lima menit
saja. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
* Siapkan materi yang paling kita kuasai atau paling kita gemari.
Bicarakan tentang hal-hal yang selama ini paling menarik minat kita. Bisa
tentang olahraga, film, atau musik.
* Memasukkan pengalaman berkesan yang pernah kita alami dalam
materi presentasi juga bisa membantu kita memiliki bahan yang familier. Kesan
dan pengalaman yang kita dapat pada liburan kita yang terakhir, misalnya,
mungkin bisa menjadi masukan yang berarti bagi orang lain.
* Selipkan sedikit kesimpulan atau saran yang akan semakin membuat
presentasi kita memiliki manfaat bagi orang lain. Kalau akhirnya kita memilih
bicara tentang liburan, kita bisa berikan rekomendasi tempat liburan atau
menyarankan audiens untuk pergi ke tempat yang baru kita datangi. Atau, kalau
tempat yang kita datangi ternyata kurang asyik, ingatkan mereka agar jangan
sampai salah langkah seperti yang kita alami.
* Persiapkan diri juga untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik
dan kalimat pembuka yang baik. Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan
ramah bisa sekaligus menjadi pemecah ketegangan yang baik.
BAB
III
PENUTUP
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pengetahuan tentang ilmu atau teori
berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktik
berbicara. Untuk itulah diperlukan pendidikan berbicar (speech education). Konsep-konsep dasar pendidikan berbicara
mencakup tiga kategori., yaitu (1) hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau
sifat-sifat dasar ujaran, (2) hal-hal yang berhubungan dengan proses
intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara, dan (3)
hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara.
Selain itu, berbicara dapat dikelompokkan
berdasarkan beberapa aspek, diantaranya (1) arah pembicaraan, (2) tujuan
pembicaraan, dan (3) suasana. Pengelompokan berdasarkan arah pembicaran
dihasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara dua/multi
arah (konversasi, diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional
dan rekretif. Sementara itu, berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat
dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan nonformal.
3.2
Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari
materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau
isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari
semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk
memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan
Berbicara Bahasa Indonesia. Bandung : Erlangga
Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat
Berbahasa Indonesiauntuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akapress
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa