Jumat, 10 Juni 2016

MAKALAH PERSIAPAN BERBICARA (Bahasa Indonesia)

                                                     
MAKALAH
PERSIAPAN BERBICARA
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dosen Pengampu: Drs. Suwandi M.Pd


Disusun oleh :
Diva Aprilianingtyas        (1401415162)
Arien Herawati                 (1401415396)
Noviana Indriyani            (1401415457)

Rombel 2D

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikm Wr. Wb.
            Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah swt yang maha pengasih dan penyayang yang telah memberikan rahmat, hidayah dan inayahnya kepada kami, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini tentang “Persiapan Berbicara”.
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang di berikan kepada kami dalam rangka pengembangan dasar ilmu bahasa indonesia yang berkaitan dengan persiapan berbicara. Selain itu tujuan dari penyusunan makalah ini juga untuk menambah wawasan tentang pengetahuan Bahasa secara meluas. Sehingga besar harapan kami, makalah yang kami sajikan dapat menjadi konstribusi positif bagi pengembang wawasan pembaca.
            Akhirnya kami menyadari dalam penulisan makalah ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati kami menerima kritik dan saran agar penyusunan makalah selanjutnya menjadi lebih. Semoga laporan ini memberi manfaat bagi banyak pihak. Amiin.
Wassalamu’alikum Wr. Wb.





                                                                                    Tegal, 11 April 2016



                                                                                                Penulis



DAFTAR ISI

Kata Pengantar ................................................................................              i
Daftar Isi ..........................................................................................              ii
BAB  I.  PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang Masalah ................................................              1
1.2  Rumusan Masalah...........................................................              1
1.3  Tujuan Penulisan.............................................................              1

BAB II. ISI
2.1  Konsep Tentang Berbicara...........................................                 2   
2.2  Menganalisis Situasi dan Pendengar............................                 5         
2.3  Penyusunan Bahan Berbicara.......................................                7

BAB III. PENUTUP                
3.1    Simpulan.........................................................................             9
3.2    Saran...............................................................................             9
DAFTAR PUSTAKA






BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu keterampilan berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) yang akan lakukan dalam perkuliahan ini berbentuk simulasi, praktek berbicara yang sesungguhnya, dan pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan secara perorangan, berpasangan, dan berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi yang diberikan selalu dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini bersifat fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan pengajaran yang betul-betul bermakna bagi kita  sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti bercerita, berdialog, berpidato/berceramah, dan berdiskusi.

1.2     Rumusan Masalah
  1. Apa konsep tentang berbicara
  2. Bagaimana menganalisis situasi dan pendengar
  3. Bagaimana menyusun bahan dalam berbicara

1.3    Tujuan Penulisan
  1. Untuk mengetahui apa konsep tentang berbicara
  2. Untuk mengetahui bagaimana menganalisis situasi dan pendengar
  3. Untuk mengetahui bagaimana menyusun bahan dalam berbicara

BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Konsep Tentang Berbicara
1.      Pengertian Berbicara
Berbicara adalah bentuk komunikasi dengan menggunakan media bahasa, berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran- ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan, pikiran, perasaan menjadi wujud ujaran.
Ada beberapa hal yang berkaitan dengan batasan berbicara berdasarkan teori yang dikemukakan oleh para pakar komunikasi yaitu
• berbicara merupakan ekspresi diri
• berbicara merupakan kemampuan mental motorik
• berbicara merupakan proses simbolik
• berbicara terjadi dalam konteks ruang dan waktu
• berbicara merupakan keterampilan berbahasa yang produktif
Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain. (Depdikbud, 19843/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Tarigan (1983:15), misalnya, mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berbicara pada hakikatnya merupakan suatu proses berkomunikasi sebab didalamnya terjadi pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Proses komunikasi itu dapat digambarkan pemindahan pesan dari suatu sumber ke tempat lain. Dalam proses komunikasi terjadi pemindahan pesan dari komunikator (pembicara) kepada komunikan (pendengar). Komunikator adalah seseorang yang memiliki pesan. Pesan yang akan disampaikan kepada komunikan lebih dahulu diubah ke dalam simbel yang dipahami oleh kedua belah pihak. Simbel tersebut memerlukan saluran agar dapat dipindahkan kepada komunikan.
Bahasa lisan adalah alat komunikasi berupa simbol yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Saluran untuk memindahkan adalah udara. Selanjutnya simbol yang disalurkan lewat udara diterima oleh komunikan. Karena simbol yang disampaikan itu dipahami oleh komunikan, komunikan dapat memahami pesan yang disampaikan oleh komunikator.
Tahap selanjutnya, komunikan memberikan umpan balik kepada komunikator. Umpan balik adalah reaksi yang timbul setelah komunikan memahami pesan. Reaksi dapat berupa jawaban atau tindakan. Dengan demikian, komunikasi yang berhasil ditandai oleh adanya interaksi antara komunikator dengan komunikan.
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peristiwa komunikasi dapat berlangsung apabila dipenuh sejumlah persyaratan berikut:
(1) Komunikator       à    orang yang menyampaikan pesan
(2) Pesan                   à     isi pembicaraan
(3) komunikan           à     orang yang menerima pesan
(4) Media                  à     bahasa lisan
(5) Sarana                  à waktu, tempat, suasana, peralatan yang   digunakan dalam penyampaian pesan.
(6) interaksi                à    searah, dua arah, atau multiarah.
Berbicara sebagai salah satu bentuk komunikasi akan mudah dipahami dengan cara membandingkan diagram komunikasi dengan diagram peristiwa berbahasa. Berbicara merupakan bentuk perilaku manusia yang memanfaatkan faktor-faktor fisik, psikologis, neurologis, semantik, dan linguistik. Pada saat berbicara seseorang memanfaatkan faktor fisik yaitu alat ucap untuk menghasilkan bunyi bahasa. Bahkan organ tubuh yang lain seperti kepala, tangan, dan roman mukapun dimanfaatkan dalam berbicara. Faktor psikologis memberikan andil yang cukup besar terhadap kelancaran berbicara. Stabilitas emosi, misalnya, tidak saja berpengaruh terhadap kualitas suara yang dihasilkan oleh alat ucap tetapi juga berpengaruh terhadap keruntutan bahan pembicaran. Berbicara tidak terlepas dari faktor neurologis yaitu jaringan syaraf yang menghubungkan otak kecil dengan mulut, telinga, dan organ tubuh lain yang ikut dalam aktivitas berbicara. Demikian pula faktor semantik yang berhubungan dengan makan, dan faktor liguistik yang berkaitan dengan struktur bahasa selalu berperan dalam kegiatan berbicara. Bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap dan kata-kata harus disusun menurut aturan tertentu agar bermakna.
Berbicara merupakan tuntutan kebutuhan manusia sebagai makhluk sosial (homo homine socius) agar mereka dapat berkomunikasi dengan sesamanya Stewart dan Kenner Zimmer (Depdikbud, 1984/85:8) memandang kebutuhan akan komunikasi yang efektif dianggap sebagai suatu yang esensial untuk mencapai keberhasilan dalam setiap individu, baik aktivitas individu maupun kelompok. Kemampuan berbicara yang baik sangat dibutuhkan dalam berbagai jabatan pemerintahan, swasta, juga pendidikan. Seorang pemimpin, misalnya, perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi terhadap program pembangunan. Seorang pedagang perlu menguasai keterampilan berbicara agar dapat meyakinkan dan membujuk calon pembeli. Demikian halnya pendidik, mereka dituntut menguasai keterampilan berbicara agar dapat menyampaikan informasi dengan baik kepada anak didiknya.

Beberapa prinsip umum berbicara menurut Tarigan,yaitu :
a.   Membutuhkan paling sedikit dua orang
b.   Mempergunakan studi linguistik yang dipahami bersama
c. Merupakan suatu pertukaran peran antara pembicara dan pendengar.    Berhubungan dengan masa kini

2.  Tujuan berbicara
Tujuan utama berbicara adalah untuk menginformasikan gagasan- gagasan kepada pendengar yang harus ditempatkan sebagai sarana penyampaian sesuatu kepada orang lain. Menurut Mulyana pengelompokan tujuan berbicara ada empat tujuan yaitu :
1. tujuan sosial
2. tujuan ekspresif
3. tujuan ritual
4. tujuan instrumental
Ada juga tujuan-tujuan berbicara dengan menitikberatkan pada efek pembicaraan, yaitu :
1. berbicara dengan meyakinkan pendengar
2. berbicara dengan tujuan mempengaruhi pendengar
3. berbicara dengan tujuan memperluas wawasan pendengar
4. berbicara dengan tujuan memberi gambaran tentang suatu objek

2.2     Menganalisis Situasi dan Pendengar
Jenis berbicara dapat dilakukan dengan cara yang berbeda yang dilakukan berdasarkan 3 hal yaitu : Situasi, keterlibatan pelaku, dan alur pembicaraan Berdasarkan situasi berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara formal yaitu berbicara yang terikat pada aturan aturan baik aturan tata krama maupun kebahasaan.
b. Berbicara nonformal yaitu berbicara yang tidak terlalu terikat pada aturan-aturan
Berdasarkan keterlibatan pelaku, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara individual yaitu berbicara yang dilakukan oleh seorang pelaku pembicara misalnya pidato.
b.Berbicara kelompok yaitu, berbicara yang melibatkan banyak pelaku pembicara misalnya diskusi dan debat.
Berdasarkan alur pembicaraannya, berbicara dapat dikelompokan kedalam dua jenis yaitu :
a. Berbicara monologis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan searah
b.Berbicara dialogis yaitu, kegiatan berbicara yang dilakukan secara dua arah

Berbicara sebagai proses adalah kegiatan berbicara yang dimulai dengan proses simbolisasi pesan dalam diri pembicara untuk disampaikan kepada pendengar melalui sebuah media.  Secara umum berbicara merupakan proses penuangan gagasan dalam bentuk ujaran-ujaran. Ujaran-ujaran yang muncul merupakan perwujudan dari gagasan yang sebelum berada pada tataran ide.
Berbicara sebagai keterampilan berbahasa berhubungan dengan keterampilan berbahasa yang lain. Kemampuan berbicara berkembang pada kehidupan anak apabila didahului oleh keterampilan menyimak. Keterampilan berbicara memanfaatkan kosakata yang pada umumnya diperoleh anak melalui kegiatan menyimak dan membaca. Materi pembicaraan banyak yang diangkat dari hasil menyimak dan berbicara. Demikian pula sering terjadi keterampilan berbicara dibantu dengan keterampilan menulis, baik dalam bentuk pembuatan out line maupun naskah.
Sebagai salah satu unsur kemampuan berbahasa sering dianggap sebagai suatu kegiatan yang berdiri sendiri. Hal ini dibuktikan dari kegiatan pengajaran berbicara yang selama ini dilakukan. Dalam praktiknya, pengajaran berbicara dilakukan dengan menyuruh murid berdiri di depan kelas untuk berbicara, misalnya bercerita atau berpidato. Siswa yang lain diminta mendengarkan dan tidak mengganggu. Akibatnya, pengajaran berbicara di sekolah-sekolah itu kurang menarik. Siswa yang mendapat giliran merasa tertekan sebab di samping siswa itu harus mempersiapkan bahan sering kali guru melontarkan kritik yang berlebih-lebihan. Sementara itu, siswa yang lain merasa kurang terikat pada kegiatan itu kecuali ketika mereka mendapatkan giliran.
Agar seluruh anggota kelas dapat terlibat dalam kegiatan pengajaran berbicara, hendaklah selalu diingat bahwa hakikatnya berbicara itu berhubungan dengan kegiatan berbahasa yang lain, seperti menyimak, membaca, dan menulis, serta berkaitan dengan pokok-pokok pembicaraaan. Dengan demikian, sebaiknya pengajaran berbicara mempunyai aspek komuniksi dua arah dan fungsional.
Pendengar selain berkewajiban menyimak ia berhak untuk memberikan umpan balik. Sementara itu, pokok persoalan yang menjadi bahan pembicaraan harus dipilih hal-hal yang benar-benar diperlukan oleh partisipan. Tugas pengajar adalah mengembangkan pengajaran berbicara agar aktivitas kelas dinamis, hidup, dan diminati oleh anak sehingga benar-benar dapt dirasakan sebagai sesuatu kebutuhan untuk mempersiapkan diri terjun ke masyarakat. Untuk mencapai hal itu, dalam pengajaran berbicara harus diperhatikan beberapa faktor, misalnya pembicara, pendengar, dan pokok pembicaraan.
Pembicara yang baik memberikan kesan kepada pendengar bahwa orang itu menguasai masalah, memiliki keberanian dan kegairahan. Penguasaan masalah akan terlibat pada kedalaman isi dan keruntutan penyajian. Sementara itu, keberanian dan kegairahan akan terlihat pada penampilan, kualitas suara, dan humor yang ditampilkan. Pembicara yang baik perlu didukung oleh pendengar yang baik, yaitu pendengar yang memiliki sifat kritis, dan responsif. Pendengar yang demikian itu pada umumnya bersedia memahami dan menanggapi pokok pembicaran secara kritis. Dengan demikian, akan terjadi interaksi timbal balik antara pembicara dengan pendengar sehingga tercipta pembicaran yang hidup.

2.3    Penyusunan Bahan Berbicara
Topik pembicaraan dinilai baik apabila menarik bagi pembicara dan pendengar, misalnya aktual dan relevan dengan kepentingan partisipan. Agar topik pembicaraan itu mudah dipahami perlu disusun naskah secara sistematis, misalnya sesuai dengan urutan waktu, tempat dan sebab akibat.
Kegiatan berbicara acap kali ditopang dengan persiapan tertulis, baik berupa referensi yang harus dibaca maupun konsep yang akan disampaikan. Pokok pembicaraan itu ada baiknya dipersiapkan dalam bentuk tertulis, misalnya berupa naskah lengkap atau out line. Para penyimak ada kalanya juga memerlukan kegiatan tulis-menulis, terutama untuk membuat catatan atau ringkasan dari apa yang didengarnya. Dengan demikian, keterpaduan keempat keterampilan berbahasa dalam pengajaran berbicara harus diwujudkan secara alami seperti halnya yang terjdi di tengah masyarakat.
Mempersiapkan materi untuk bahan bicara di depan orang banyak, idealnya memang dilakukan selama beberapa hari. Paling tidak ada kesempatan untuk mempersiapkan bahan, kemudian melatih cara bicara, dan mempersiapkan mental.
Tapi, kadang kesempatan untuk tampil tidak diiringi waktu persiapan yang memadai. Ketika tiba saatnya kita bicara di depan orang banyak, apalagi dengan bahasa asing, kalau waktu persiapan hanya sesaat jangan langsung bilang ‘tidak. Janie Lipsmeyer, salah satu penulis di situs bisnis, Helium.com mengungkapkan, di saat mendesak mempersiapkan satu naskah bicara di depan orang banyak sebenanya bisa dilakukan dalam waktu lima menit saja. Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
* Siapkan materi yang paling kita kuasai atau paling kita gemari. Bicarakan tentang hal-hal yang selama ini paling menarik minat kita. Bisa tentang olahraga, film, atau musik.
* Memasukkan pengalaman berkesan yang pernah kita alami dalam materi presentasi juga bisa membantu kita memiliki bahan yang familier. Kesan dan pengalaman yang kita dapat pada liburan kita yang terakhir, misalnya, mungkin bisa menjadi masukan yang berarti bagi orang lain.
* Selipkan sedikit kesimpulan atau saran yang akan semakin membuat presentasi kita memiliki manfaat bagi orang lain. Kalau akhirnya kita memilih bicara tentang liburan, kita bisa berikan rekomendasi tempat liburan atau menyarankan audiens untuk pergi ke tempat yang baru kita datangi. Atau, kalau tempat yang kita datangi ternyata kurang asyik, ingatkan mereka agar jangan sampai salah langkah seperti yang kita alami.
* Persiapkan diri juga untuk tampil dengan bahasa tubuh yang baik dan kalimat pembuka yang baik. Menyapa rekan atau kolega yang hadir dengan ramah bisa sekaligus menjadi pemecah ketegangan yang baik.

BAB III
PENUTUP

3.1    Kesimpulan
Pengetahuan tentang ilmu atau teori berbicara sangat menunjang kemahiran serta keberhasilan seni dan praktik berbicara. Untuk itulah diperlukan pendidikan berbicar (speech education). Konsep-konsep dasar pendidikan berbicara mencakup tiga kategori., yaitu (1) hal-hal yang berkenaan dengan hakikat atau sifat-sifat dasar ujaran, (2) hal-hal yang berhubungan dengan proses intelektual yang diperlukan untuk mengembangkan kemampuan berbicara, dan (3) hal-hal yang memudahkan seseorang untuk mencapai keterampilan berbicara.
Selain itu, berbicara dapat dikelompokkan berdasarkan beberapa aspek, diantaranya (1) arah pembicaraan, (2) tujuan pembicaraan, dan (3) suasana. Pengelompokan berdasarkan arah pembicaran dihasilkan berbicara satu arah (pidato dan ceramah), dan berbicara dua/multi arah (konversasi, diskusi). Berdasarkan aspek tujuan, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara persuasi, argumentasi, agitasi, instruksional dan rekretif. Sementara itu, berdasarkan suasana dan sifatnya, berbicara dapat dikelompokkan ke dalam berbicara formal dan nonformal.
3.2     Saran
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.




DAFTAR PUSTAKA

Arsjad, Maidar G dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Bandung : Erlangga
Arifin, E. Zaenal dan SAmran Tasai. 2008. Cermat Berbahasa Indonesiauntuk Perguruan Tinggi. Jakarta : Akapress
Kerf, Gorys. 1993. Komposisi. Flores : Nusa Indah
Trigan, Henry Guntur. 1993. Berbicara. Bandung : Angkasa


Makalah Bahasa Indonesia KETERAMPILAN DAN EFEKTIFITAS BERBICARA


KETERAMPILAN DAN EFEKTIFITAS BERBICARA

Disusun untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia
Dosen Pengampu : Suwandi



Disusun oleh :
1.     Ayu Sulistyowati                                (1401415169)
2.     Novi Rismahwati                                (1401415262)
3.     Novan Ardianto                                  (1401415269)

2D



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2016


KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat, karunia, serta taufik dan hidayahNya kami dapat menyelesaikan makalah tentang Keterampilan Berbicara Dan Efektifitas Berbicara ini dengan baik. Dan juga kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Suwandi selaku dosen mata kuliah  Ketrampilan Berbahasa Indonesia yang telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan kita tentang bumi dan tata surya.
Semoga makalah ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya. Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang lain. Kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalh ini diwaktu mendatang.
 Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

                                                                                   
Tegal, 27 Maret 2016


                                                                                                  Penulis



DAFTAR ISI

            HALAMAN JUDUL............................................................................................ i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
  1.1  Latar Belakang Masalah.......................................................................... 1
  1.2   Rumusan Masalah................................................................................... 1
  1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1  Pengertian Berbicara dan Efektifitas Bicara............................................. 3
2.2  Tujuan Berbicara....................................................................................... 4
2.3  Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara .............................. 5
2.4  Jenis – jenis Berbicara............................................................................... 7
2.5  Faktor Yang Mempengaruhi Efektifitas Berbicara................................... 10
BAB III PENUTUP
3.1  Simpulan..................................................................................................... 11
3.2  Saran .........................................................................................................  11
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 12


BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
 Keterampilan berbicara merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang harus dikuasai siswa karena kompetensi keterampilan berbicara adalah komponen terpenting dalam tujuan pembelajaran bahasa Indonesia.
Berbicara sebagai salah satu dari empat keterampilan berbahasa memiliki peran yang sangat penting dalam berkomunikasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, baik secara lisan maupun tertulis. Selain untuk meningkatkan siswa agar mampu berkomunikasi, pembelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar siswa memiliki sikap positif yaitu mau menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar dalam berkomunikasi. Komponen yang paling penting dalam berkomunikasi adalah keterampilan berbicara. Nurhadi (1995: 342) menjelaskan bahwa berbicara merupakan salah satu aspek kemampuan berbahasa yang berfungsi untuk menyampaikan informasi secara lisan. Berbicara berarti mengemukakan ide atau pesan lisan secara aktif. Dalam menyampaikan pesan, informasi yang disampaikan harus  mudah dipahami oleh orang lain agar terjadi komunikasi secara lancar.
Dengan konsep dasar berbicara sebagai alat untuk berkomunikasi ini, pengajaran keterampilan berbicara diharapkan aktif interaktif baik dua arah atau multi arah. Dengan demikian pengajaran keterampilan berbicara bukan lagi sesuatu yang monoton dan tanpa makna, namun mendapat respon yang aktif dari audien. Inilah yang melatar belakangi pembuatan makalah ini, yakni pengajaran keterampilan berbicara harus berlandaskan konsep dasar komunikasi.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian berbicara?
2.      Apa tujuan berbicara ?
3.      Apa faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara?
4.      Apa sajakah jenis – jenis berbicara ?
5.      Apa pengertian efektifitas berbicara ?
6.      Apa saja faktor yang mempengaruhi efektifitas berbicara ?



1.3 Tujuan
1.    Mengetahui pengertian berbicara dan efektifitas berbicara
2.    Mendeskripsikan jenis – jenis berbicara.
3.    Menjelaskan faktor yang mempengaruhi keterampilan dan efektifitas berbicara.



















BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Berbicara dan Efektifitas Berbicara
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdiknas, 2008: 196) tertulis bahwa berbicara adalah “berkata, bercakap, berbahasa atau melahirkan pendapat (dengan perkataan, tulisan, dan sebagainya) atau berunding”.Berbicara secara umum dapat diartikan suatu penyampaian maksud (ide, pikiran, isi hati) seseorang kepada orang lain dengan menggunakan bahasa lisan sehingga maksud tersebut dapat dipahami oleh orang lain (Depdikbud, 1984:3/1985:7). Pengertiannya secara khusus banyak dikemukakan oleh para pakar. Henry Guntur Tarigan (2008:16), mengemukakan berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara disebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
Sty Slamet (2007:12) menjelaskan bahwa berbicara adalah kegiatan mengekspresikan gagasan, perasaan, dan kehendak pembicara yang perlu diungkapkan kepada orang lain dalam bentuk ujaran. Sedangkan menurut Sabarti Ahdiah (1992:3) berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Selanjutnya Nurhatim (2009:1) berbicara adalah bentuk komunikasi verbal yang dilakukan manusia dalam rangka pengungkapan gagasan dan ide yang telah disusun dalam pikiran.
Menurut Tarigan (1983:15) memberikan batasan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atas kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan sebagai bentuk atau wujudnya berbicara tersebut sebagai suatu alat untuk mengkomunikasikan gagasan-gagasan yang disusun serta dikembangkan sesuai dengan kebutuhan-kebutuhan sang pendengar atau penyimak.
            Berbicara efektif merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya.
2.2  Tujuan Berbicara
            Tujuan utama berbicara adalah menyampaikan pesan kepada orang lain (pendengar). Tujuan tersebut dapat diperinci lebih lanjut menjadi:
1.         Untuk menghibur
·         Dilakukan oleh pembicara untuk menarik perhatian pendengar.
·         Dilakukan dengan berbagai cara seperti humor, spontanitas, kisah-kisah jenaka, petualangan dan sebagainya.
·         Suasana pembicaraan bersifat santai, rileks, penuh canda dan menyenangkan
Contoh : para pelawak
2.         Untuk menginformasikan
·         Menjelaskan suatu proses.
·         Menguraikan, menafsirkan atau mengintepretasikan sesuatu hal.
·         Memberi, menyebarkan, atau menanamkan pengetahuan.
·         Menjelaskan kaitan, hubungan, relasi antara hal benda atau peristiwa .
Contoh : penceramah, penyiar
3.         Untuk menstimulasikan
·         Berbicara untuk membangkitkan inspirasi, kemauan, atau minat pendengarnya.
·         Berbicara untuk  menstimulasi artinya pembicara harus pandai merayu, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya.
·         Hal ini dapat tercapai apabila pembicara benar-benar mengetahui minat, kemauan, inspirasi, kebutuhan dan cita-cita pendengarnya.
Contoh : guru yang membangkitkan inspirasi murid, kemauan,minat, semangat.
4.         Untuk meyakinkan
·         Tujuan utamanya yaitu meyakinkan pendengarnya akan sesuatu hal.
·         Melalui pembicara yang meyakinkan, sikap pendengar dapat diubah misalnya dari sikap menolak menjadi menerima.
·         Hal ini dimungkinkan jika pembicara terampil dan mampu menampilkan  fakta, bukti, contoh dan ilustrasi yang mengena.
Contoh : pembaca iklan, pidato penyuluhan
5.         Untuk menggerakkan
·         Dalam berbicara untuk menggerakan diperlukan pembicara yang berwibawa, panutan dan tokoh atau idola masyarakat.
·         Melalui kepintarannya berbicara, kecakapan memanfaatkan situasi, ditambah penguasaan terhadap ilmu jiwa, pembicara mampu menggerakan jiwa pendengarnya.
Contoh : juru kampanye
2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Keterampilan Berbicara
Tidak semua orang memiliki kemahiran dalam berbicara di muka umum. Namun, keterampilan ini dapat dimiliki oleh semua orang melalui proses belajar dan latihan secara berkesinambungan dan sistematis. Terkadang dalam proses belajar mengajar pun belum bisa mendapatkan hasil yang memuaskan.
Hal ini disebabkan oleh beberapa hal yang merupakan faktor yang mempengaruhi dalam kegiatan berbicara. Rusmiati (2002: 32) mengemukakan bahwa hambatan tersebut terdiri atas hambatan yang datangnya dari pembicara sendiri (internal) dan hambatan yang datang dari luar pembicara (eksternal).
·         Hambatan Atau Faktor Internal
Hambatan internal adalah hambatan yang muncul dari dalam diri pembicara. Hal-hal yang dapat menghambat kegiatan berbicara ini sebagai berikut.
1) Ketidaksempurnaan alat ucap
Kesalahan yang diakibatkan kurang sempurna alat ucap akan mempengaruhi kefektifan dalam berbicara, pendengar pun akan salah menafsirkan maksud pembicara.
2) Penguasaan komponen kebahasaan
Komponen kebahasaan meliputi hal-hal berikut ini.
a.       Lafal dan intonasi,
b.      Pilihan kata (diksi),
c.       Struktur bahasa,
d.      Gaya bahasa.
 3) Penggunaan komponen isi Komponen isi meliputi hal-hal berikut ini.
a.       Hubungan isi dengan topik,
b.      Struktur isi,
c.       Kualitas isi,
d.      Kuantitas isi.
4)      Kelelahan dan kesehatan fisik maupun mental
     Seorang pembicara yang tidak menguasai komponen bahasa dan komponen isi tersebut di atas akan menghambat keefektifan berbicara.
·         Hambatan Atau Faktor Eksternal
            Selain hambatan internal, pembicara akan menghadapi hambatan yang datang dari luar dirinya. Hambatan ini kadang-kadang muncul dan tidak disadari sebelumnya oleh pembicara. Hambatan eksternal meliputi hal-hal di bawah ini.
a. Suara atau bunyi
b. Kondisi ruangan
c. Media
d. Pengetahuan pendengar
2.4  Jenis-jenis Berbicara
            Berikut ini adalah penjelasan mengenai jenis-jenis berbicara:
a.       Jenis Berbicara Berdasarkan Situasi Pembicaraan
Berdasarkan situasi pembicaraan, berbicara dibedakan atas berbicara formal dan berbicara infomal. Berbicara informal meliputi bertukar pengalama, percakapan, penyampaian berita, dan memberi petunjuk. Adapu berbicara formal meliputi ceramah, perencanaan dan penilaian, wawancara, debat, diskusi, dan bercerita dalam situasi formal.
b.      Jenis Berbicara Berdasarkan Tujuan Pembicara
Tujuan pembicara pada umumnya dapat diklasifikasikan menjadi lima jenis, yaitu (1) berbicara untuk menghibur, (2) berbicara untuk menginformasikan, (3) berbicara untuk menstimuli, (4) berbicara untuk meyakinkan, (5) berbicara untuk menggerakkan. Berbicara untuk menghibur biasanya bersuasana santai. Disini pembicara berusaha membuat pendengarnya senang dan gembira. Saat menginformasikan sesuatu kepada khalayak, pembicara berusaha berbicara secara jelas, sistematis, dan tepat agar isi informasi terjaga keakuratannya. Jenis berbicara ini banyak dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari. Jenis berbicara menstimuli jauh lebih kompleks daripada berbicara menghibur dan menginformasikan. Disini pembicara harus pandai mempengaruhi pendengar sehingga akhirnya pendengar tergerak untuk mengerjakan hal-hal yang dikehendaki pembicara. Pembicara biasanya secara sosial berstatus lebih tinggi daripada pendengarnya.  Pembicara biasanya berusaha membangkitkan semangat pendengarnya sehingga ia bekerja lebih tekun atau belajar lebih baik.
Jenis berbicara untuk meyakinkan merupakan tahap yang lebih jauh dari berbicara untuk menstimuli. Disini pembicara bertujuan meyakinkan pendengar lewat pembicaraan yang meyakinkan, sikap pendengar akan diubah, misalnya dari menolak menjadi menerima. Dalam hal ini, pembicara biasanya menyertakan bukti, fakta,contoh, dan ilustr asi yang tepat.
Adapun jenis berbicara menggerakkan meupakan kelanjutan dari jenis berbicara meyakinkan. Jenis berbicara menggerakkan bertujuan menggerakkan pendengar/khalayak agar bertujuan menggerakkan pendengar agar mereka berbuat dan bertindak, seperti yang dikehendaki pembicara. Disini diperlukan keterampilan berbicara yang tinggi, kelihaian membakar emosi, kepintarannya memanfaatkan situasi, dan penguasaan terhadap massa.
c.       Jenis Berbicara Berdasarkan Jumlah Pendengar
Berdasarkan jumlah pendengar, jenis berbicara ini dibedakan atas berbicara antarpribadi, berbicara dalam kelompok kecil,dan berbicara dalam kelompok besar. Berbicara antarpribadi terjadi bila seseorang berbicara dengan satu pendengar (empat mata). Suasana pembicaraan yang melatari sangat bergantung dua pribadi yang terlibat serta isi pembicaraan.
Berbicara dalam kelompok kecil terjadi apabila ada sekelompok kecil (3-5 orang) dalm pembicaraan itu. Berbicara dalam kelompok kecil ini sangat bagus untuk pembelajaran bahasa atau untuk siswa yang malu berbicara. Kelompok kecil akan memungkinkan siswa yang pemalu menjadi mau berbicara. Adapun berbicara dalam kelompok besar terjadi apabila pembicara berhadapan dengan pendengar dalam jumlah yang besar. Misalnya, mengajar dengan jumlah siswa yang cenderung banyak.
d.      Jenis Berbicara Berdasarkan Peristiwa Khusus yang Melatari Pembicaraan
Jenis berbicara ini dapat diklasifikasikan menjadi 6 (enam) macam, yaitu pidato presentasi, penyambutan, perpisahan, jamuan, perkenalan, dan nominasi. Contoh pidato presentasi adalah pidato yang dilakukan saat pembagian hadiah. Contoh pidato penyambutan adalah pidato yang berisi sambutan umum yang menjadi inti acara. Contoh pidato perpisahan adalah pidato yang berisi kata-kata perpisahan pada saat acara perpisahan atau pada saat penutupan suatu acara. Contoh pidato jamuan adalah pidato yang berisi ucapan selamat, doa kesehatan untuk tamu, dsb. Contoh pidato perkenalan adalah pidato yang berisi memperkenalkan diri kepada khalayak. Contoh pidato nominasi adalah pidato yang berisi pujian dan alasan mengapa sesuatu ini dinominasika (diunggulkan).
e.       Jenis Berbicara Berdasarkan Metode Penyampaian Berbicara
Berdasarkan metode penyampaian, ada 4 (empat) jenis berbicara yaitu metode mendadak (impromptu), metode tanpa persiapan (ekstemporan), metode membaca naskah, dan metode menghafal (Keraf, 1980:316, Dipodjono, 1982:38-39, Tarigan, 1983:24-25). Penyajian dengan metode mendadak, terjadi bila ecara tiba-tiba seseorang diminta berbicara di depan khalayak (tidak ada persiapan sama sekali). Dalam hal ini sebaiknya pembicaraan dikaitkan dengan situasi dan kondisi yang melatari pertemuan pada saat itu.
Adapun yang dimaksud dengan metode tanpa persiapan adalah tanpa adanya persiapa naskah. Jadi, pembicara masih mempunyai waktu yang cukup untuk membuat persiapan-persiapan khusus yang berupa kerangka pembicaraan atau catatan-catatan penting tentang urutan uraian dan kata-kata khusus yang harus disampaikan. Apabila pembicara akan menyampaikan suatu pernyataan kebijakan atau keterangan secara tertib dalam pidato-pidato resmi, pidato kenegaraan, dsb. Metode membaca naskah yang paling banyak digunakan.
Adapun metode menghafal menunjukkan bahwa pembicara sudah mengadakan perencanaan, membuat naskah, dan menghafal naskah. Apabila pembicara hanya sekadar mengucapkan apa yang ia hafalkan tanpa menghayati dan menjiwai apa yang diucapkan serta tidak berusaha untuk menyesuaikan diri dengan istilah dan kondisi yang melatari pembicaraan itu, dapat dipastikan bahwa pembicaraan itu menjadi tidak menarik, membosankan, dan meletihkan pendengar. Sebaliknya, ada juga pembicara yang berhasil dengan metode ini. Hal ini terjadi karena pembicara tanggap terhadap situasi dan kondisi yang melatari pembicaraan.
2.5 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektifitas Berbicara
Arsjad dan Mukti U.S. (1993: 17-20) mengemukakan bahwa untuk menjadi pembicara yang baik , seorang pembicara harus menguasai masalah yang sedang dibicarakan, dan harus berbicara dengan jelas dan tepat. Beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh pembicara untuk keefektifan berbicara adalah faktor kebahasaan dan nonkebahasaan.
Faktor kebahasaan yang menunjang keefektifan berbicara, meliputi; ketepatan ucapan, penempatan tekanan, nada sandi, dan durasi yang sesuai, pilihan kata, dan ketepatan sasaran kebahasaan. Faktor-faktor nonkebahasaan meliputi; sikap yang wajar, tenang dan tidak kaku, pandangan harus diarahkan pada lawan bicara, kesediaan menghargai pendapat orang lain, gerak-gerik dan mimik yang tepat, kenyaringan suara, kelancaran, relevansi atau penalaran, dan penguasaan topik.
Faktor yang menunjang keefektifan berbicara di atas, baik yang bersifat kebahasaan maupun yang nonkebahasaan, keduanya tidak boleh diabaikan apabila seseorang ingin menjadi pembicara yang terampil. Dalam meraih keinginan tersebut harus dengan proses berlatih yang dilakukan secara berkesinambungan dan sistematis.






BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
            Dari uraian di atas, maka dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata untuk mengekpresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan. Sedangkan efektifitas berbicara merupakan sarana penyampaian ide kepada orang atau khalayak secara lisan dengan cara yang mudah dicerna dan dimengerti oleh pendengarnya. Tujuan berbicara antara lain untuk menghibur, untuk menginformasikan, untuk menstimulasikan, untuk meyakinkan dan untuk menggerakkan. Dan faktor yang mempengaruhi keterampilan berbicara meliputi faktor internal dan faktor eksternal, selain itu faktor yang mempengaruhi efektifitas berbicara yaitu faktor kebahasaan dan faktor non kebahasaan.
3.2 Saran
Penulis menyadari, pembahasan pada makalah ini kiranya perlu mendapat respon yang positif baik itu berupa saran dan kritik yang mengarah kepada penyempurnaan, guna pengembangan dan peningkatan disiplin ilmu yang sekarang Penulis pelajari.








DAFTAR PUSTAKA
Permana, Tian Setya. “FAKTOR-FAKTOR PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA”.14 Mei 2016. http://tian99win.blogspot.co.id/2012/08/faktor-faktor-penunjang-keefektifan.html
Karim,Abdul. “FAKTOR – FAKTOR PENUNJANG KEEFEKTIFAN BERBICARA”.16 Mei 2016. http://unhaki.blogspot.co.id/2011/05/2.html