EFEKTIVITAS MENYIMAK, PENYIMAK IDEAL,
DAYA DUGA SIMAK, DAN MENINGKATKAN DAYA SIMAK
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Kajian Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Drs.
Suwandi, M.Pd.
Kelompok 2 :
1.
Angga
Rahmadhani
2.
Lutfi
Indriyani
3.
Emi
4.
Afrianti
Wulandari
PROGRAM
STUDI PGSD
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2015/2016
PRAKARTA
Puji syukur
penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,rahmat dan
ridho-Nya,penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul ”Efektivitas Menyimak, Penyimak Ideal, Daya
Duga Simak, dan Meningkatkan Daya Simak”.
Penulisan
makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di jurusan
S1 PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang.
Penulisan makalah ini tak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena
itu penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1. Bapak
Drs. Utoyo, M.Pd selaku koordinator UPP
kampus Tegal.
2. Bapak
Drs. Suwandi, M.Pd.selaku dosen
mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia.
3. Semua
pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan
dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha
Esa memberikan imbalan pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat
menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin…
Tegal, 23 Maret
2016
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN
KULIT............................................................................................ i
HALAMAN
PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR
ISI........................................................................................................ iii
RINGKASAN...................................................................................................... iv
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................................ 1
Tujuan Program............................................................................................... 2
Manfaat Program............................................................................................. 2
GAGASAN.......................................................................................................... 3
SIMPULAN.......................................................................................................... 7
DAFTAR
PUSTAKA........................................................................................... 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 9
Lampiran
1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing........................... 9
Lampiran
2. Susunan Organisasi Kegiatan............................................................ 13
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................... 14
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam
proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif,
kreatif, produktif dan resetif apresiatif yang mana salah satu unsurnya adalah
keterampilan menyimak yang bertujuan untuk menangkap dan memahami pesan ide
serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang sangat penting bagi para
siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar. Menyimak
sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas
berkomunikasi. Dari pernyataan tersebut maka ketrampilan menyimak adalah satu
bentuk ketrampilan berbahasa yang reseptif. Tujuan
dari keterampilan menyimak sangatlah penting, karena tanpa kemampuan menyimak
yang baik, akan terjadi banyak kesalah pahaman dalam komunikasi sesama pemakai
bahasa, yang dapat mnyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan
kegiatan sehari-hari. Dengan demikian menyimak sangat penting dalam proses
belajar mengajar, oleh karena itu kami akan mencoba menyusun konstribusi ilmu
menyimak dalam peningkatan mutu KBM.
Dari latar belakang
tersebut maka kami segenap anggota kelompok menyusun makalah dengan judul “EFEKTIVITAS
MENYIMAK, PENYIMAK IDEAL, DAYA DUGA SIMAK, DAN MENINGKATKAN DAYA SIMAK” sebagai
salah satu Tugas mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia serta sebagai
panduan bagi pembaca untuk dapat menjadi referensi meningkatkan daya simak.
B. Rumusan Masalah
1.
Bagaimana efektivitas menyimak yang benar?
2.
Kriteria apa saja agar menjadi penyimak
ideal?
3.
Apa yang dimaksud dengan daya duga simak?
4.
Bagaimana cara meningkatkan daya simak?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
efektivitas menyimak yang benar.
2. Mengetahui
kriteria menjadi penyimak ideal.
3. Mengetahui
yang dimaksud dengan daya duga simak.
4. Mengetahui
cara meningkatkan daya simak.
BAB
II
PEMBAHASAN
A. Eektivitas
Menyimak
Efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah
faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi
empat bagian, yaitu:
a. Pembicara
b. Pembicaraan
c. Situasi
d. Penyimak
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide,
informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara,
keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para
pendengarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembicara antara
lain:
- Penguasaan materi: Pembicara harus
menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan
disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara
adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.
- Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus
menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar.
Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan
kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam
menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai
dengan taraf pendengarnya.
- Percaya diri: Pembicara haru percaya akan
kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan
tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
- Berbicara sistematis: Pembicara harus
berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara
sistematis dan mudah dimengerti.
- Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil
dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari
tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang
terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan
yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
- Kontak dengan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak
dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai
para pendengarnya.
Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang
hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan
yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang
baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati,
atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang
berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi
kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan
haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan
itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun
sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus
seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yang terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi
pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat
pendengar kewalahan.
Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang
menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi
tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal
yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak,
antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya
peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yang menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan
akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat
pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa
menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat
misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang,
jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana
yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam
peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya
dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam
ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan
serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya
yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi
bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak.
Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak
adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa
menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala
persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya.
Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna,
asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka
keefektifan menyimak dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri
penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak
dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila
kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan
pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat
menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus mempunyai
tujuan dalam mengkuti kegiatan menyimak. Yang
bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai
arah dan pendorong dalam menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau
mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan
nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang
bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam
bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan
nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi,
menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi
sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak
juga harus memiliki pengalaman
dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami
isi bahan simakan.
Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan
tersebut pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum
dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan
dalam menyimak.
B.
CIRI
MENYIMAK IDEAL
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh
para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai
oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi
bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang
dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak
perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian
mengenai menyimak jarang dilakukan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi
yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang
dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan
melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi
kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk,
dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak
diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak
bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu,
menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata
pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan,
metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai
tersendiri pula.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri
penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi
penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu
dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal.
Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan
sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang
dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dalam
pokok bahasan faktor penentu keberhasilan dalam menyimak itu mencakup :
1. Pembicara
2. Pembicaraan
3. Situasi
4. Penyimak
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit
ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri
tersebut beserta penjelasannya.
(1) Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang
benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi
prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2)
Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat
memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat
menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
(3)
Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi
yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah
pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan
sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu,
pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang
berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang
berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar,
ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak
bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak
meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi
saja.
(6) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai
pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh
pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya
melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara,
walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian
penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan dan diingat. Tidak semua bahan yang diterima ditelinga mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian
yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan
dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya
dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan
pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
(9) Tak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal
lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari
berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat
gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni
menyimak.
(10) Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap
terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti
pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
(11) Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah
pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung.
Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah
mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(12) Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan
pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan
atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya benar, saya
setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula
disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan
jempol dan sebagainya.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar
isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang
disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji,
mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima
dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil
simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang
bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat
dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapan penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk,
menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan
kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak
ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang
dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.
C.
DAN DUGA
DAYA SIMAK
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai,
mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia
tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat
dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas
menjadi duga daya simak diri.
Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada
diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua
pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya
simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda
mempunyai daya simak yang rendah. Pertanyaaan tersebut yaitu:
1. Siapkah saya untuk menyimak?
(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman
dna strategis sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara
(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?
2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang
akan disampaikan?
(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada
saat ini?
(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan
menghubungkannya dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?
(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut
mengenai topik yang akan disampaikan?
3. Siapkah saya memulai menyimak?
(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke
mana dibawa oleh pembicara?
(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga
saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?
4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat
atau pokok?
(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk
pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan sebagainya) guna
membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?
5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya
evaluasi pembicaraan pembicara?
(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan)
dengan pengetahuan siap saya?
(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang
disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju atau tidak setuju
dengan pembicara?
(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on
my listening, yang dimuat dalam Greene&Petty, 1969:182)
D. MENINGKATKAN DAYA SIMAK
Setiap manusia dilahirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi
pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina
dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan,
potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa
pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup.
Tidak timbuh, ataumati.
Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan
menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan
daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup
mendapat latihan menyimak, dalam kondisi
fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dpat menangkap isi bahan simakan
50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam
dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan
manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi.
Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan
nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu
sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara
untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:
1. Simak-Ulang
Ucap
Kegiatan
menyimak dengan cara simak lalu di ucapkan kembali apa yang didengar, sering
dilakukan atau dipraktekkan oleh guru pada sekolah dasar di kelas-kelas rendah.
Cara ini pun dapat di praktekkan pada kelas tinggi dengan menyesuaikan bahan
dengan taraf kemampuan siswanya.
Bahan
simakan dapat bervariasi mulai dari fonem, kata, kelompok kata,kalimat,
paragraph, atau puisi-puisi pendek. Bunyi bahasa atau bahan simakan itu
disampaikan secara lisan oleh guru. Siswa menyimak dan mengucapkan kembali apa
yang disimaknya. Contoh :
i.
Fonem
Guru : ( a ) ( i )
Siswa : ( a ) ( i )
Guru : ( a ) ( i )
Siswa : ( a ) ( i )
ii.
Kata
Guru : Bola
Siswa : Bola
Guru : Bola
Siswa : Bola
iii.
Kalimat
Guru : Selamat pagi, Ibu Guru!
Siswa : Selamat pagi, Ibu Guru!
Guru : Selamat pagi, Ibu Guru!
Siswa : Selamat pagi, Ibu Guru!
iv.
Puisi
Guru : Bangun Pagi, ku gosok gigi
Siswa : Bangun Pagi, ku gosok gigi
Guru : Bangun Pagi, ku gosok gigi
Siswa : Bangun Pagi, ku gosok gigi
2.
Identifikasi Kata Kunci
Isi
kalimat yang panjang dapat dicari pada kalimat intinya. Kalimat inti dibangun
oleh beberapa kata kunci yang terdapat dalam kalimat panjang tersebut. Guru
mempersiapkan kalimat panjang yang struktur dan pilihan katanya sesuai dengan
kemampuan siswanya. Siswa menyimak, setelah itu siswa menentukan beberapa kata
kunci yang dapat mewakili pengertian kalimat.
3.
Parafrase
Guru
mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas tertentu. Guru
membacakannya dan siswa menyimak, kemudian siswa menceritakan kembali isinya
dengan kata-kata sendiri.
4.
Merangkum
Guru
mempersiapkan bahan simakan yang panjang. Materi bahan, bahasa dan panjangnya
disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bahan disampaikan secra lisan kepasa siswa,
siswa menyimak dan merangkum isinya.
5.
Menjawab Pertanyaan
Guru
mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan, bahasa dan panjangnya disesuaikan
dengan kemampuan siswa. Bahan disampaikan secara lisan kepada siswa kemudian
siswa menyimak dan menyaring isi bahan simakan melalui jawaban pertanyaan.
DAFTAR PUSTAKA
https://rinastkip.wordpress.com/2012/10/20/makalah-ketreampilan-menyimak-untuk-peningkatan-mutu-kbm/
file://Gado-gadoBlogHakikatMenyimak.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar