Jumat, 10 Juni 2016

Makalah Bahasa Indonesia EFEKTIVITAS MENYIMAK, PENYIMAK IDEAL, DAYA DUGA SIMAK, DAN MENINGKATKAN DAYA SIMAK









EFEKTIVITAS MENYIMAK, PENYIMAK IDEAL, DAYA DUGA SIMAK, DAN MENINGKATKAN DAYA SIMAK

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia
Dosen pengampu : Drs. Suwandi, M.Pd.





Kelompok 2 :
1.     Angga Rahmadhani
2.     Lutfi Indriyani
3.     Emi
4.     Afrianti Wulandari





PROGRAM STUDI PGSD
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2015/2016

PRAKARTA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat,rahmat dan ridho-Nya,penulis berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul ”Efektivitas Menyimak, Penyimak Ideal, Daya Duga Simak, dan Meningkatkan Daya Simak”.
Penulisan makalah ini adalah salah satu tugas mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia di jurusan S1 PGSD UPP Tegal Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Semarang. Penulisan makalah ini tak lepas dari peran serta berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1.      Bapak Drs. Utoyo, M.Pd selaku koordinator UPP kampus Tegal.
2.      Bapak Drs. Suwandi, M.Pd.selaku dosen mata kuliah Kajian Bahasa Indonesia.
3.      Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, yang telah memberikan bantuan dalam penulisan makalah ini.
Penulis berharap semoga Tuhan Yang Maha Esa memberikan imbalan pada mereka yang telah memberikan bantuan, dan dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Amiin…

Tegal, 23 Maret 2016

                                                                                                                                                                                                                       

 Penulis



















DAFTAR ISI

HALAMAN KULIT............................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN............................................................................. ii
DAFTAR ISI........................................................................................................ iii
RINGKASAN...................................................................................................... iv
PENDAHULUAN............................................................................................... 1
Latar Belakang................................................................................................ 1
Tujuan Program............................................................................................... 2
Manfaat Program............................................................................................. 2
GAGASAN.......................................................................................................... 3
SIMPULAN.......................................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 8
LAMPIRAN-LAMPIRAN.................................................................................. 9
Lampiran 1. Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing........................... 9
Lampiran 2. Susunan Organisasi Kegiatan............................................................ 13
Lampiran 3. Surat Pernyataan Ketua Pelaksana ................................................... 14


 PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam proses interaksi dan komunikasi diperlukan keterampilan berbahasa aktif, kreatif, produktif dan resetif apresiatif yang mana salah satu unsurnya adalah keterampilan menyimak yang bertujuan untuk menangkap dan memahami pesan ide serta gagasan yang terdapat pada materi atau bahasa simakan.
Menyimak merupakan satu pengalaman belajar yang sangat penting bagi para siswa dan seyogyanya mendapat perhatian sungguh-sungguh dari pengajar. Menyimak sebagai salah satu kegiatan berbahasa merupakan keterampilan yang cukup mendasar dalam aktivitas berkomunikasi. Dari pernyataan tersebut maka ketrampilan menyimak adalah satu bentuk ketrampilan berbahasa yang reseptif. Tujuan dari keterampilan menyimak sangatlah penting, karena tanpa kemampuan menyimak yang baik, akan terjadi banyak kesalah pahaman dalam komunikasi sesama pemakai bahasa, yang dapat mnyebabkan berbagai hambatan dalam pelaksanaan tugas dan kegiatan sehari-hari. Dengan demikian menyimak sangat penting dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu kami akan mencoba menyusun konstribusi ilmu menyimak dalam peningkatan mutu KBM.
Dari latar belakang tersebut maka kami segenap anggota kelompok menyusun makalah dengan judul “EFEKTIVITAS MENYIMAK, PENYIMAK IDEAL, DAYA DUGA SIMAK, DAN MENINGKATKAN DAYA SIMAK” sebagai salah satu Tugas mata kuliah Keterampilan Berbahasa Indonesia serta sebagai panduan bagi pembaca untuk dapat menjadi referensi meningkatkan daya simak.














B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana efektivitas menyimak yang benar?
2.      Kriteria apa saja agar menjadi penyimak ideal?
3.      Apa yang dimaksud dengan daya duga simak?
4.      Bagaimana cara meningkatkan daya simak?

C.     Tujuan Penulisan
1.      Mengetahui efektivitas menyimak yang benar.
2.      Mengetahui kriteria menjadi penyimak ideal.
3.      Mengetahui yang dimaksud dengan daya duga simak.
4.      Mengetahui cara meningkatkan daya simak.






















BAB II
PEMBAHASAN
A.    Eektivitas Menyimak
Efektivitas menyimak bergantung kepada sejumlah faktor. Salah seorang ahli bahasa mengklarifikasikan faktor-faktor itu menjadi empat bagian, yaitu:
a.       Pembicara
b.      Pembicaraan
c.       Situasi
d.      Penyimak
Pembicara adalah orang yang menyampaikan pesan, ide, informasi kepada para pendengar melalui bahasa lisan. Kualitas pembicara, keahliannya, karismanya, dan kepaopulerannya sangat berpengaruh kepada para pendengarnya. Hal-hal yang perlu diperhatikan oleh pembicara antara lain:
  1. Penguasaan materi: Pembicara harus menguasai, memahami, menghayati, benar-benar materi yang akan disampaikannya kepada para pendengar. Akan lebih baik apabila pembicara adalah pakar, dalam bidang yang disampaikan tersebut.
  2. Berbahasa baik dan benar: Pembicara harus menyampaikan materi pembicaraannya dalam bahasa yang baik dan benar. Ucapan jelas, intonasi tepat, susunan kalimat sederhana dan benar, pilihan kata atau istilah tepat. Bahasa yang digunakan pembicara dalam menyampaikan materi pembicaraan menarik, sederhana, efektif, dan sesuai dengan taraf pendengarnya.
  3. Percaya diri: Pembicara haru percaya akan kemampuan diri sendiri. Pembicara yang yakin akan kemampuan dirinya akan tampil dengan mantap dan meyakinkan pendengar.
  4. Berbicara sistematis: Pembicara harus berbahasa sistematis. Bahan yang disampaikan harus tersusun secara sistematis dan mudah dimengerti.
  5. Gaya bahasa menarik: Pembicara harus tampil dengan gaya yang menarik dan simpatik. Yang bersangkutan harus menghindari tingkah laku yang dibuat-buat atau berlebih-lebihan. Pembicara yang terlalu “over acting” akan membuat pendengarnya beralih dari isi pesan yang disampaikan kepada tingkah laku yang dianggap aneh itu.
  6. Kontak dengan pendengar: Pembicara harus menjalin kontak dengan pendengarnya. Pembicara menghargai, menghormati, serta menguasai para pendengarnya.
Pembicaraan adalah materi, isi, pesan, atau informasi yang hendak disampaikan oleh seseorang pembicara kepada pendengarnya. Pembicaraan yang baik harus memenuhi syarat-syarat tertentu seperti:
(1) Aktual: pembicaraan haruslah sesuatu yang baru, hangat, dan aktual. Sesuatu yang baru pastilah lebih menarik, diminati, atau digandrungi oleh pendengar.
(2) Bermakna: Pembicaraan haruslah sesuatu yang berarti, berguna, atau bermakna bagi pendengar. Materi yang bermakna bagi kelompok pendengar A belum tentu bermakna bagi kelompok pendengar B.
(3) Dalam pusat minat mendengar: Pembicaraan haruslah yang berkaitan dengan pendengar. Akan lebih baik lagi bila pembicaraan itu berada dalam lingkaran pusat minat pendengar.
(4) Sistematis: Pembicaraan harus tersusun sistematis, sehingga mudah diikuti dan dipaham pendengar.
(5) Seimbang: Taraf kesukaran pembicaraan harus seimbang dengan taraf kemampuan pendengar. Materi pembicaraan yang terlalu mudah tidak menarik dan berguna bagi pendengar. Sebaliknya materi pembicaran yang terlalu tinggi akan membuat pendengar kewalahan.
Situasi dalam menyimak diartikan segala sesuatu yang menyertai peristiwa menyimak di luar pembicara, pembicaraan, dan menyimak. Situasi tersebut sangatlah berpengaruh dan menentukan kefektifan menyimak. Beberapa hal yan pantas diperhatikan, yang termasuk kategori situasi dalam proses menyimak, antara lain:
(1) Ruangan: Ruangan atau tempat berlangsungnya peristiwa menyimak harus menunjang. Ruangan yang menunjang adalah ruangan yang memenuhi persyaratan akustik, ventilasi, penerangan, penataan tempat duduk pendengar, tempat pembicara, warna ruangan, luas ruangan dan sebagainya.
(2) Waktu: waktu berlangsungnya peristiwa menyimak harus diperhatikan dan diperhitungkan sebaiknya pada saat yang tepat misalnya pagi-pagi, saat-saat pendengar masih segar, rileks, dan sebagainya.
(3) Tenang: Suasana dan lingkungan yang tenang, jauh dari kebisingan, pemandangan yang tidak mengganggu konsentrasi, suasana yang baik antar kelompok pendengar sangat menunjang keefektifan menyimak.
(4) Peralatan: Peralatan yang digunakan dalam peristiwa menyimak haruslah yang mudah dioperasikan, baik produksi suasananya dan berguna dalam melancarkan kegiatan menyimak.
Peristiwa menyimak yang berlangsung dalam ruangan yang baik, waktu yang tepat, suasana tenteram, nyaman, dan menyenangkan serta dilengkapi dengan peralatan yang fungsional dapat diharapkan hasilnya yang efektif.
Penyimak adalah orang yang mendengarkan dan memahami isi bahan simakan yang disampaikan oleh pembicara dalam suatu peristiwa menyimak. Dibandingkan dengan faktor pembicara, pembicaraan dan situasi, faktor penyimak adalah yang terpenting dan paling menentukan keefektifan dalam peristiwa menyimak. Sebab, walau ketiga faktor yang pertama sudah memenuhi segala persyaratan, bila si penyimak tidak mau menyimak maka sia-sialah semuanya. Sebaliknya biarpun ketiga faktor yang pertama kurang memadai, kurang sempurna, asal si penyimak berusaha sungguh-sungguh, tekun, dan kerja keras maka keefektifan menyimak dapat tercapai. Hal-hal yang perlu diperhatikan menyangkut diri penyimak antara lain:
(1) Kondisi: Kondisi fisik dan mental penyimak dalam keadaan baik dan stabil. Penyimak tidak mungkin menyimak secara efektif bila kondisi fisik dan mentalnya tidak menunjang.
(2) Konsentrasi: penyimak harus dapat memusatkan pikirannya terhadap bahan simakan. Buat sementara yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan pikiran-pikiran lain selain bahan simakan.
(3) Bertujuan: penyimak harus mempunyai tujuan dalam mengkuti kegiatan menyimak. Yang bersagkutan harus dapat merumuskan tujuannya secara tegas sehingga ia mempunyai arah dan pendorong dalam menyimak.
(4) Berminat: Penyimak hendaknya berminat, atau mengusahakan meminati bahan yang disimaknya.
(5) Mempunyai kemampuan linguistik dan nonlinguistik. Penyimak haruslah memiliki kemampuan linguistik agar yang bersangkutan dapat menginterpretasi dan memahami makna yang terkandung dalam bunyi bahasa. Di samping itu penyimak juga harus memiliki kemampuan nonlinguistik. Kemampuan nonlinguistik berguna dalam membaca situasi, menafsirkan gerak-gerik pembicara, perubahan air mukanya, yang berfungsi sebagai pelengkap makna pembicaraannya.
(6) Berpengalaman luas dan berpengetahuan: penyimak juga harus memiliki pengalaman dan pengetahuan luas mendalam akan lebih mudah menerima, mencerna, dan memahami isi bahan simakan.
Penyimak yang dapat memenuhi persyaratan tersebut pasti berhasil dalam setiap peristiwa menyimak. Penyimak yang belum dapat memenuhi persyaratan tersebut jelas akan mengalami berbagai hambatan dalam menyimak.
B.     CIRI MENYIMAK IDEAL
Menyimak pernah dianggap dan diperlakukan oleh para ahli, guru bahasa, dan orang awam sebagai suatu hal yang akan dikuasai oleh manusia normal pada waktunya. Perlakuan demikian didasari oleh asumsi bahwa keterampilan menyimak akan dikuasai secara otomatis. Sebagai mana orang dapat bernafas tanpa mempelajari cara bernafas, begitu pula menyimak tidak perlu dipelajari karena pada saatnya orang akan dapat menyimak. Penelitian mengenai menyimak jarang dilakukan.
Lama-kelamaan para ahli menyadari bahwa asumsi yang dipegang selama ini mengenai menyimak, ternyata keliru. Manusia memang dilahirkan dengan potensi dapat menyimak. Namun, potensi itu perlu dikembangkan melalui latihan sistematis, terarah, dan berkesinambungan supaya menjadi kenyataan. Potensi itu akan tetap merupakan potensi bila tidak dipupuk, dikembangkan, atau dibina.
Mulai tahun lima puluhan, menyimak mulai banyak diperhatikan. Menyimak dengan segala aspeknya diteliti. Buku teks menyimak bermunculan. Pengajaran menyimak mulai diperhatikan. Bahkan lebih dari itu, menyimak diperlakukan sebagai mata pelajaran yang mandiri. Sebagai mata pelajaran yang mandiri, menyimak dilaksanakan tersendiri. Tujuan, bahan, metode, media, dan penilaian menyimak direncanakan, dilaksanakan, dan dinilai tersendiri pula.
Pengenalan, pemahaman, dan penghayatan ciri-ciri penyimak yang baik atau ideal sangat berguna bagi setiap penyimak. Bagi penyimak yang belum berpengalaman, pengetahuan tentang ciri penyimak ideal itu dapat digunakan sebagai pedoman dalam melatih diri menjadi penyimak yang ideal. Bagi penyimak yang sudah berpengalaman, pengetahuan tersebut dapat digunakan sebagai bahan perbandingan. Yang bersangkutaan dapat menggunakan hal yang dianggap perlu dan membuang hal yang dianggap tak perlu.
Dalam pokok bahasan faktor penentu keberhasilan dalam menyimak itu mencakup :
1.      Pembicara
2.      Pembicaraan
3.      Situasi
4.      Penyimak
Dari hasil pengamatan penulis, paling sedikit ada lima belas ciri penyimak ideal. Berikut ini akan disajikan ciri-ciri tersebut beserta penjelasannya.
(1)   Siap fisik dan mental
Penyimak yang baik adalah penyimak yang benar-benar bersiap untuk menyimak. Fisiknya segar, sehat, atau dalam kondisi prima. Mentalnya stabil, pikiran jernih.
(2)   Berkonsentrasi
Penyimak yang baik adalah penyimak yang dapat memusatkan perhatiannya kepada bahan simakan. Yang bersangkutan harus dapat menyingkirkan hal-hal lain selain materi simakan.
(3)   Bermotivasi
Penyimak yang baik selalu mempunyai motivasi yang kuat dalam menyimak. Yang bersangkutan mungkin mempunyai tujuan menambah pengetahuan, mau belajar tentang sesuatum mau menguji tentang sesuatu dan sebagainya. Hal itulah yang dijadikannya sebagai motivasi atau pemacu, pendorong, penggerak, dalam menyimak.
(4) Objektif
Penyimak yang baik adalah penyimak yang berprasangka, tidak berat sebelah. Yang bersangkutan bukan melihat siapa yang berbicara tetapi apa yang dikatakannya. Bila yang dikatakan itu memang benar, ia terima, bila salah, ia menolak siapapun yang mengatakannya.
(5) Menyeluruh
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menyimak bahan simakan secara lengkap, utuh, atau menyeluruh. Ia tidak menyimak meloncat-loncat ataupun terputus-putus, atau hanya menyimak yang disenangi saja.
(6) Menghargai pembicara
Penyimak yang baik ialah penyimak yang menghargai pembicara. Ia tidak menganggap enteng, menyepelakan apa yang disampaikan oleh pembicara. Ia pun tidak mengaggap diri tahu segalanya dan pengetahuannya melebihi pembicara. Penyimak yang baik selalu menghargai pendapat pembicara, walaupun mungkin pendapat itu berbeda dengan pendapatnya.
(7) Selektif
Penyimak yang baik tahu memilih bagian-bagian penting dari bahan simakan yang perlu diperhatikan dan diingat. Tidak semua bahan yang diterima ditelinga mentah-mentah, tetapi dipilihnya bagian–bagian yang bersifat inti.
(8) Sungguh-sungguh
Penyimak yang baik selalu menyimak bahan simakan dengan sesungguh hatinya. Ia tidak akan berpura-pura menyimak padahal hatinya dan perhatiannya ke tempat lain. Yang bersangkutan benar-benar menyimak pesan pembicara walau pesan itu kurang menarik baginya.
(9) Tak mudah terganggu
Penyimak yang baik tak mudah diganggu oleh hal-hal lain di luar bahan simakan. Yang bersangkutan dapat membentengi diri dari berbagai gangguan kecil seperti kebisingan. Kalaupun sekali waktu ia mendapat gangguan yang tak terelakan, ia dengan cepat kembali kepada tugas semula, yakni menyimak.
(10) Cepat menyesuaikan diri
Penyimak yang baik ialah penyimak yang tanggap terhadap situasi. Ia cepat menghayati dan menyesuaikan diri dengan inti pembicaraan, irama pembicaraan, dan gaya pembicara.
(11) Kenal arah pembicaraan
Penyimak yang baik selalu mengenal arah pembicaraan, bahkan sudah dapat menduga ke arah mana pembicaraan berlangsung. Biasanya, pada menit-menit pertama awal pembicaraan, penyimak yang baik sudah mengetahui arah pembicaraan dan barangkali sudah dapat menduga isi pembicaraan.
(12) Kontak dengan pembicara
Penyimak yang baik selalu mengadakan kontak dengan pembicara. Misalnya dengan cara memperhatikan pembicara, memberikan dukungan atau dorongan kepada pembicara melalui ucapan singkat, ya, ya benar, saya setuju, atau saya sependapat, dan sebagainya. Hal yang sama dapat pula disampaikan melalui gerak-gerik tubuh seperti mengagguk-angguk, mengacungkan jempol dan sebagainya.
(13) Merangkum
Penyimak yang selalu dapat menangkap sebagian besar isi bahan simakan. Hal itu terbukti dari hasil rangkuman penyimak yang disampaikan secara lisan atau tertulis setelah proses menyimak selesai.
(14) Menilai
Penyimak yang baik selalu menilai, menguji, mengkaji, atau menelaah isi bahan simakan yang diterimanya. Fakta yang diterima dikaitkan atau dibandingkan dnegan pengetahuan dan pengalamannya.
(15) Merespons
Sebagai tindak lanjut dari kegiatan penilaian hasil simakan, penyimak menyatakan pendapat terhadap isi pembicaraan tersebut. Yang bersangkutan mungkin setuju atau tidak setuju, sependapat atau tidak sependapat dengan si pembicara. Reaksi atau tanggapan penyimak itu dapat berwujud dalam bentuk mengagguk-angguk, menggeleng-geleng, mengerjakan sesuatu, dan sebagainya.
Ciri-ciri penyimak ideal biasanya diterapkan kepada orang lain. Artinya, bila seseorang menilai apakah orang lain penyimak ideal atau tidak, maka penilai memeriksa karakteristik penyimak yang dinilainya. Patokan penilaian adalah ciri penyimak yang sudah dibicarakan.

C.     DAN DUGA DAYA SIMAK
Ada kalanya seseorang ingin pula menilai, mengetahui, dan mendapat gambaran kemampuan menyimaknya. Tentang hal itu dia tidak ingin dicampuri atau diketahui orang lain. Keinginan seperti itu dapat dipenuhi melalui “Checking up on my listening”, yang disadur secara bebas menjadi duga daya simak diri.
Duga daya simak diri berisi sebelas pertanyaan pada diri sendiri yang dapat dijawab dengan ya atau tidak. Bila semua pertanyaan itu dapat dijawab dengan ya, artinya Anda mempunyai daya simak tinggi. Sebaliknya bila pertanyaan itu dijawab tidak, Anda mempunyai daya simak yang rendah. Pertanyaaan tersebut yaitu:
1. Siapkah saya untuk menyimak?
(1) Sudahkah saya duduk di tempat yang nyaman dna strategis sehingga saya dapat melihat dan mendengarkan si pembicara
(2) Terarahkah pandangan saya kepada pembicara?
2. Berkonsentrasilah saya terhadap pembicaraan yang akan disampaikan?
(1) Dapatkah menyingkirkan pikiran lain pada saat ini?
(2) Siapkah saya memikirkan topik pembicaran dan menghubungkannya dengan pengetahuan siap saya mengenai hal itu?
(3) Bersiapkah saya belajar lebih lanjut mengenai topik yang akan disampaikan?
3. Siapkah saya memulai menyimak?
(1) Pada menit-menit pertama, sadarkah saya ke mana dibawa oleh pembicara?
(2) Dapatkah saya temukan ide pusat sehingga saya dapat mengikutinya sepanjang pembicaraan?
4. Dapatkah saya temukan ide penunjang ide pusat atau pokok?
(1) Saya manfaatkankah petunjuk-petunjuk pembicara (seperti yang pertama, yang terpenting dan sebagainya) guna membantu menyusun ide-ide dalam pikiran saya?
5. Setalah pembicaraan selesai, sudahkah saya evaluasi pembicaraan pembicara?
(1) Sesuaikah pengetahuan baru itu (hasil simakan) dengan pengetahuan siap saya?
(2) Saya pertimbangkan setiap ide yang disampaikan pembicara sehingga saya dapat mengatakan setuju atau tidak setuju dengan pembicara?
(Diterjemahkan secara bebas dari Checking up on my listening, yang dimuat dalam Greene&Petty, 1969:182)
D.    MENINGKATKAN DAYA SIMAK
Setiap manusia dilahirkan dengan sejumlah potensi. Salah satu potensi pembawaan sejak lahir itu adalah potensi mampu menyimak. Potensi harus dibina dan dikembangkan. Melalui latihan menyimak yang terarah dan berkesinambungan, potensi tadi dapat berwujud menjadi kemampuan menyimak yang nyata. Tanpa pembinaan dan pengembangan, potensi tersebut tetap berupa potensi tertutup. Tidak timbuh, ataumati.
Walaupun manusia berlatih menyimak, kemampuan menyimaknya terbatas. Keterbatasan itu disebabkan oleh daya tangkapnya yang terbatas dan daya ingatannya terbatas pula. Para ahli memperkirakan orang yang cukup mendapat latihan menyimak, dalam kondisi fisik yang segar dan mental yang stabil, hanya dpat menangkap isi bahan simakan 50%. Dalam dua bulan berikutnya yang diingat hanya setengahnya. Mungkin dalam dua bulan berikutnya sisanya sudah menghilang pula.
Menyimak sangat fungsional dalam kehidupan manusia. Melalui menyimak seseorang memperoleh kemungkinan besar mendapatkan informasi. Para ahli berpendapat bahwa sebagian besar dari pengetahuan seseorang dan nilai-nilai yang diyakininya diperoleh melalui kegiatan menyimak. Karena itu sangatlah beralasan bila setiap orang dituntut terampil menyimak.
Kawolda, seorang ahli, menawarkan lima cara untuk mempertajam daya simak. Kelima cara tersebut adalah:
1.      Simak-Ulang Ucap
Kegiatan menyimak dengan cara simak lalu di ucapkan kembali apa yang didengar, sering dilakukan atau dipraktekkan oleh guru pada sekolah dasar di kelas-kelas rendah. Cara ini pun dapat di praktekkan pada kelas tinggi dengan menyesuaikan bahan dengan taraf kemampuan siswanya.
Bahan simakan dapat bervariasi mulai dari fonem, kata, kelompok kata,kalimat, paragraph, atau puisi-puisi pendek. Bunyi bahasa atau bahan simakan itu disampaikan secara lisan oleh guru. Siswa menyimak dan mengucapkan kembali apa yang disimaknya. Contoh :
                                i.            Fonem
Guru    : ( a ) ( i )
Siswa   : ( a ) ( i )
                              ii.            Kata
Guru    : Bola
Siswa   : Bola
                            iii.            Kalimat
Guru    : Selamat pagi, Ibu Guru!
Siswa   : Selamat pagi, Ibu Guru!
                            iv.            Puisi
Guru    : Bangun Pagi, ku gosok gigi
Siswa   : Bangun Pagi, ku gosok gigi

2.      Identifikasi Kata Kunci
Isi kalimat yang panjang dapat dicari pada kalimat intinya. Kalimat inti dibangun oleh beberapa kata kunci yang terdapat dalam kalimat panjang tersebut. Guru mempersiapkan kalimat panjang yang struktur dan pilihan katanya sesuai dengan kemampuan siswanya. Siswa menyimak, setelah itu siswa menentukan beberapa kata kunci yang dapat mewakili pengertian kalimat.
3.      Parafrase
Guru mempersiapkan sebuah puisi yang pantas disajikan di kelas tertentu. Guru membacakannya dan siswa menyimak, kemudian siswa menceritakan kembali isinya dengan kata-kata sendiri.


4.      Merangkum
Guru mempersiapkan bahan simakan yang panjang. Materi bahan, bahasa dan panjangnya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bahan disampaikan secra lisan kepasa siswa, siswa menyimak dan merangkum isinya.
5.      Menjawab Pertanyaan
Guru mempersiapkan bahan simakan. Materi bahan, bahasa dan panjangnya disesuaikan dengan kemampuan siswa. Bahan disampaikan secara lisan kepada siswa kemudian siswa menyimak dan menyaring isi bahan simakan melalui jawaban pertanyaan.



DAFTAR PUSTAKA

file://Gado-gadoBlogHakikatMenyimak.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar